Jakarta - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengembangan pangan lokal di berbagai daerah, termasuk wilayah kepulauan seperti Kota Tual, Maluku Tenggara. Salah satu potensi pangan unggulan dari daerah ini adalah Embal, olahan tradisional berbasis singkong karet yang dikenal unik karena ukurannya yang besar dan membutuhkan pengolahan khusus untuk menghilangkan kandungan racunnya.
Masyarakat Tual telah lama mewarisi teknik tradisional untuk mengolah Embal agar aman dikonsumsi. Selain menjadi pangan alternatif, Embal juga merepresentasikan identitas budaya lokal yang bernilai ekonomi tinggi.
“Kita lihat Embal ini bentuknya cantik, rasanya khas, dan yang paling penting, ini adalah kekayaan lokal yang bisa menjadi solusi nyata penganekaragaman konsumsi pangan, khususnya pangan pengganti beras,” ujar Kepala NFA Arief Prasetyo Adi saat menerima kunjungan Wali Kota Tual, Akhmad Yani Renuat, di Kantor NFA, Jakarta, Senin (14/7/2025).
Menurut Arief, pengembangan pangan lokal seperti Embal, sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 81 Tahun 2024 tentang Percepatan Penganekaragaman Pangan Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal. NFA mendorong pemanfaatan sumber pangan lokal sebagai langkah strategis mengurangi ketergantungan pada beras. Dengan diversifikasi pangan, ketahanan dan kemandirian pangan nasional pun akan semakin kokoh, serta membuka peluang ekonomi baru di daerah.
Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal, menambahkan bahwa kondisi geografis Tual yang tergolong kering membuat pengembangan sawah relatif sulit dilakukan, sehingga harga beras di wilayah tersebut cenderung tinggi. Oleh karena itu, alternatif seperti singkong, sorgum, dan hotong menjadi pilihan yang relevan untuk dikembangkan.
“Indonesia punya 77 jenis pangan lokal yang bisa dimanfaatkan. Kita tidak boleh hanya bergantung pada beras,” tegas Rinna.
Dalam kesempatan tersebut, Wali Kota Tual, Akhmad Yani Renuat, menyambut baik dukungan NFA terhadap pengembangan Embal. Ia menyampaikan bahwa penguatan pangan lokal tidak hanya penting dari sisi ketahanan pangan, tetapi juga sebagai upaya pelestarian budaya dan peningkatan ekonomi masyarakat.
“Kami berkomitmen untuk terus mendorong pemanfaatan Embal sebagai pangan alternatif. Dengan dukungan pemerintah pusat, kami berharap Embal bisa diproduksi secara lebih modern, memiliki nilai tambah, dan menjadi kebanggaan masyarakat Tual yang mampu menembus pasar lebih luas,” ujar Yani yang dalam kesempatan tersebut menyerahkan dokumen Pengembangan Pangan Lokal Embal Kota Tual Tahun 2025 kepada Kepala NFA Arief Prasetyo Adi.
Lebih lanjut, NFA juga mendorong sinergi lintas sektor dalam pengembangan pangan lokal, mulai dari penguatan hilirisasi, penyediaan alat pengolahan, hingga pendampingan UMKM agar produk-produk lokal seperti Embal semakin dikenal dan diterima masyarakat luas. Dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, serta pelaku usaha sangat dibutuhkan agar potensi lokal ini bisa menjadi primadona konsumsi di daerahnya sendiri.