Ini Konsep Bang Zaki Atasi Persoalan Abrasi di Kawasan Pesisir Jakarta

Yapto Eko Prahasta | Selasa, 28 November 2023 - 22:40 WIB


Jakarta sendiri memiliki total garis pantai 120 km dengan 46,2 km kondisinya kritis. Hal ini menunjukkan air laut sudah di atas daratan, sehingga bisa menenggelamkan kawasan di Jakarta Utara.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Ist

Jakarta - Saat ini, Jakarta memiliki tantangan hebat dalam menangani kawasan pesisir. Salah satu isu besar yang dihadapi adalah abrasi sebagai penyebab hilangnya ekosistem di wilayah pesisir Jakarta yang berdampak pada hilangnya sebagian daerah pesisir.

Menanggapi hal tersebut, Ahmed Zaki Iskandar (Bang Zaki) memiliki gagasan penyelesaian salah satunya dengan penanaman mangrove secara berkelanjutan.

"Kita akan lakukan penanaman mangrove secara konsisten, tidak setengah-setengah. Ini yang menyebabkan abrasi, karena inkonsistensi penanaman mangrove," ujar Bang Zaki dalam keterangan tertulis, Selasa (28/11).

Adapun sembilan wilayah pesisir di DKI Jakarta yang dapat mengalami dampak tersebut antara lain Kecamatan Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Pademangan, Penjaringan, dan Tanjung Priok.

Jakarta sendiri memiliki total garis pantai 120 km dengan 46,2 km kondisinya kritis. Hal ini menunjukkan air laut sudah di atas daratan, sehingga bisa menenggelamkan kawasan di Jakarta Utara.

Apalagi sejak 1974, Jakarta diketahui telah mengalami penurunan hingga 4,5 meter. Penyebab utamanya adalah penyedotan air tanah secara berlebihan yang membuat lapisan tanah mengkerut.

Sebelumnya, Bang Zaki sudah pernah punya catatan sukses mengubah daerah abrasi dengan kualitas air yang menurun di kawasan Pantai Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Ia yang mengarahkan penanaman hutan mangrove pada lahan seluas 26,9 hektar di kawasan itu.

Langkah tersebut berhasil, terbukti Desa Ketapang kembali produktif dengan usaha tambak karena kualitas air yang membaik. Bahkan, kepiting horseshoe atau belangkas yang termasuk langka muncul di perairan Ketapang.

"Tata kelola yang baik di kawasan pesisir bukan hal yang mudah dan memerlukan konsistensi. Juga menyadarkan masyarakat bahwa laut dan pesisir adalah satu kesatuan yang bisa menghadirkan kehidupan yang lebih baik," ucapnya.

Selain itu, pemberdayaan ekonomi juga menjadi kunci mengatasi persoalan di wilayah pesisir ini. Tanpa pemberdayaan ekonomi, akan sulit untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat pantai.

Untuk itu, Bang Zaki mencontohkan hasil karyanya, yakni Ketapang Urban Aquaculture. Lokasi tersebut dijadikan tempat wisata masyarakat sekaligus menciptakan usaha baru bagi warga setempat, seperti rumah makan atau kafe. Aktivitas nelayan pun tetap berjalan karena ikan kembali ke kawasan mangrove.

"Pada 1980-1990 itu tambak udang di pesisir pantai tidak lagi produktif, kemudian pada 1990 beralih ke tambak bandeng hingga tahun 2000 karena kondisi air jelek jadi stunting ikan bandengnya. Namun, sekarang akhirnya upaya kita sejak 2014 berbuah hasil," terangnya.

Dengan demikian, wajar jika Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) Network of Local Government (PNLG) atau negara-negara di kawasan Asia Timur yang punya garis pantai mempercayai Bang Zaki sebagai Vice President. Kesuksesannya itu menjadinya konsultan bagi negara-negara Asia Timur anggota PEMSEA untuk pembangunan kawasan kota-kota pesisir.

Keberhasilan menyandingkan kawasan pesisir dan memberikan banyak manfaat ekonomi bagi warga, Kawasan Ketapang menjadi pusat percontohan oleh PEMSEA. Tak hanya itu, pembangunan terintegrasi Desa Ketapang juga menjadi rujukan bagi dunia internasional yang tergabung dalam Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) Network of Local Government (PNLG).

Selanjutnya, Bang Zaki memahami penggunaan air tanah dapat menurunkan permukaan tanah, sehingga ia membangun saluran pipa komunal PDAM di daerah pesisir.

"Tanah terus turun itu karena penggunaan air tanah berlebihan. Makanya di pesisir itu kita lakukan pembangunan pipa komunal untuk mengurangi penggunaan air tanah. Kita menyediakan sumber air bersih yang lebih mudah diakses oleh masyarakat," jelasnya.

Untuk itu, Bang Zaki mencontohkan hasil karyanya, yakni Ketapang Urban Aquaculture. Lokasi tersebut dijadikan tempat wisata masyarakat sekaligus menciptakan usaha baru bagi warga setempat, seperti rumah makan atau kafe. Aktivitas nelayan pun tetap berjalan karena ikan kembali ke kawasan mangrove.

"Pada 1980-1990 itu tambak udang di pesisir pantai tidak lagi produktif, kemudian pada 1990 beralih ke tambak bandeng hingga tahun 2000 karena kondisi air jelek jadi stunting ikan bandengnya. Namun, sekarang akhirnya upaya kita sejak 2014 berbuah hasil," imbuhnya.

Dengan demikian, wajar jika Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) Network of Local Government (PNLG) atau negara-negara di kawasan Asia Timur yang punya garis pantai mempercayai Bang Zaki sebagai Vice President. Kesuksesannya itu menjadinya konsultan bagi negara-negara Asia Timur anggota PEMSEA untuk pembangunan kawasan kota-kota pesisir.

Keberhasilan menyandingkan kawasan pesisir dan memberikan banyak manfaat ekonomi bagi warga, Kawasan Ketapang menjadi pusat percontohan oleh PEMSEA. Tak hanya itu, pembangunan terintegrasi Desa Ketapang juga menjadi rujukan bagi dunia internasional yang tergabung dalam Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) Network of Local Government (PNLG).

Selanjutnya, Bang Zaki memahami penggunaan air tanah dapat menurunkan permukaan tanah, sehingga ia membangun saluran pipa komunal PDAM di daerah pesisir.

"Tanah terus turun itu karena penggunaan air tanah berlebihan. Makanya di pesisir itu kita lakukan pembangunan pipa komunal untuk mengurangi penggunaan air tanah. Kita menyediakan sumber air bersih yang lebih mudah diakses oleh masyarakat," jelasnya.