Direktur Finance and Risk Management MUF, Rully Setiawan : Multichannel Kami Tidak Bisa Dicontoh Pemain Lain

Yapto Eko Prahasta | Jumat, 07 Maret 2025 - 10:57 WIB


Laba bersih Mandiri Utama Finance (MUF) dari 2021 hingga 2023 meningkat jauh, rata-rata 139%. Pada 2023, laba bersih Rp 527 miliar, naik signifikan dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp 333 miliar.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Direktur Finance and Risk Management MUF, Rully Setiawan. (CNBC Indonesia)

Jakarta - Direktur Finance and Risk Management PT Mandiri Utama Finance (MUF), Rully Setiawan menceritakan hal apa saja yang perlu ditingkatkan perusahaan ketika ia mulai bergabung di MUF pada bulan november 2020.

Rully mengungkapkan saat itu, masalah yang menonjol ialah total modal disetor dengan total equity tidak berbeda jauh.

“Waktu itu mereka belum bisa memanfaatkan ekosistem Bank Mandiri Group, karena hampir 90% order bersumber dari dealer dan showroom,” kata Rully.

Karena tidak datang dari database, pihak MUF kala itu tidak bisa melihat mutasi rekening konsumen, kapasitasnya, ataupun track record-nya.

“Tapi, begitu kami dapat membesarkan yang datang dari Bank Mandiri dan BSI, kami bisa melihatnya sebagai balancing quality,” ujarnya.

Rully mengatakan dengan menjalankan berbagai inisiatif strategis di atas, sejumlah hasil positif sudah dirasakan MUF.

Piutang pembiayaan dari 2021 sampai dengan 2023 meningkat rata-rata 11%. Pada 2023 piutang pembiayaan mencapai Rp 30,4 triliun, naik signifikan dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp 24,2 triliun.

“Indikator penting lainnya, penyaluran pembiayaan dari 2021 sampai dengan 2023 meningkat rata-rata 35%,” tutur Rully yang sebelum bergabung di MUF menjabat sebagai Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Pada 2023 sambungnya, pembiayaan penyaluran mencapai Rp 20,7 triliun, meningkat signifikan dibandingkan 2022 yang sebesar Rp 17,9 triliun. Sementara itu, pendapatan dari 2021 hingga 2023 meningkat rata-rata 38%.

Pada 2023 pendapatan sebesar Rp 3,0 triliun, naik jauh dibandingkan 2022 yang sebesar Rp 2,2 triliun.

Lalu, dari 2021 sampai 2023 persentase ROE (return on equity) meningkat, yang berarti juga terjadi peningkatan produktivitas, bahkan meroket, dari 18,6% (2021) ke 44,5% (2022) dan terjaga pada 2023 dengan capaian 45%.

“Laba bersih (net profit after tax) perusahaan dari 2021 hingga 2023 meningkat jauh, rata-rata 139%. Pada 2023, laba bersih Rp 527 miliar, naik signifikan dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp 333 miliar,” ujarnya.

Anak usaha Bank Mandiri

MUF sendiri didirikan pada 21 Januari 2015 dan mulai beroperasi penuh tahun 2016 sebagai anak usaha Bank Mandiri.

Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Umum Pemegang Saham No. 49 tanggal 29 November 2024, struktur kepemilikan saham MUF: Bank Mandiri sebesar 99,99% dan PT Mandiri Sekuritas sebesar 0,01%.

MUF bergerak di sektor pembiayaan multiguna untuk melayani masyarakat Indonesia dengan cara pembayaran secara angsuran setiap bulan. Per September 2024, tercatat total asetnya Rp 14,7 triliun dan piutang pembiyaan Rp 33,8 triliun, serta diperkuat total 9.357 karyawan.

Menurut Rully, MUF ditantang oleh Bank Mandiri, sebagai shareholder utama, untuk dapat meningkatkan asetnya dalam bentuk Auto Loan.

“Bank Mandiri punya ekspektasi tinggi agar kami dapat membantu meningkatkan aset Auto Loan mereka,” katanya.

Dalam konteks ini, mekanismenya: Bank Mandiri yang melakukan akuisisi dengan lebih dahulu menawarkan produk Auto Loan ke nasabahnya. Kalau sudah deal, diteruskan ke MUF yang akan melakukan proses underwriting-nya.

“Jadi, kami ini seperti dapurnya Bank Mandiri,” ujarnya.

Sebagai perusahaan di bidang multifinance, pada dasarnya MUF menyediakan layanan pembiayaan untuk mobil dan motor baru atau bekas, serta pembiayaan untuk aneka kebutuhan (funds for multipurposes).

Bentuk fasilitas pembiayaannya berupa pinjaman multiguna (multipurpose), pinjaman modal kerja (working capital), atau pinjaman untuk investasi (invesment).

Tipe pembiayaannya bisa berupa pinjaman konvensional ataupun syariah. Kanal distribusinya terdiri dari kanal distribusi reguler (kantor cabang), jejaring captive market Bank Mandiri, jejaring captive market Bank Syariah Indonesia (BSI), penjualan langsung (direct), dan kanal digital.

Selain adanya tantangan ekspektasi peningkatan aset Auto Loan dari Bank Mandiri, menurut Rully, MUF juga tidak ingin hanya bergerak di layanan leasing, tapi ingin terlibat penuh (fully involved) dalam ekosistem industri otomotif.

Dengan demikian, MUF ingin tidak hanya bergerak di pembiayaan otomotif, tapi juga punya keterlibatan dalam jasa bengkel, asuransi, perpanjangan STNK, dan semua aktivitas yang terkait otomotif. Karena itu, salah satu caranya ialah dengan membuat super app yang dapat mengover seluruh kegiatan ekosistem otomotif tersebut.

Bidik pembiayaan baru

Rully juga tak menyangkal bahwa tantangan tetap ada di bisnis multifinance, khususnya yang berkaitan dengan dinamika perekonomian nasional.

“Faktor-faktor seperti fluktuasi suku bunga, inflasi, volatilitas pasar, dan daya beli masyarakat yang berkurang dapat mempengaruhi kemampuan debitur untuk memenuhi kewajiban membayar angsuran, baik ke bank maupun multifinance. Hal ini pada akhirnya dapat meningkatkan profil risiko debitur dan mengancam kualitas portofolio pembiayaan,” ungkapnya.

Dari segi produk, yang berciri multiproduct, mungkin banyak pesaingnya. Namun, menurut Rully, ada satu hal yang dimiliki MUF yang tidak bisa disaingi pemain lain, yakni dalam hal multichannel-nya.

Dalam hal ini, MUF mengover database Bank Mandiri yang memiliki data 30 juta nasabah, dan BSI yang memiliki database 15 juta nasabah. Bila dibagi dengan angka database dari dua bank itu saja, penetration rate untuk penawaran kredit kendaraan bermotor (KKB) baru sekitar 5%. Dengan demikian, potensinya masih sangat besar.

“Kalau kami jalankan dengan model bisnis yang baik, multichannel kami ini akan menjadi competitive advantage yang tidak bisa dicontoh oleh pemain lain,” katanya.

Adapun di tahun 2025 ini, Rully mengatakan perseroan berharap pembiayaan baru perusahaan bisa tumbuh senilai Rp25 triliun.

Angka tersebut tumbuh sekitar 13,63% secara tahunan (year on year/yoy) apabila dibandingkan dengan target pembiayaan baru senilai Rp22 triliun pada 2024.

“Tahun 2025 kami menargetkan untuk dapat menyalurkan pembiayaan baru sebesar Rp25 triliun,” ujarnya.

Rully menilai bahwa captive market masih memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan penyaluran pembiayaan dengan kualitas yang baik.

Captive market, yang mencakup konsumen atau segmen pasar yang sudah menjadi bagian dari ekosistem perusahaan (seperti pelanggan tetap atau mitra bisnis strategis), memberikan keunggulan kompetitif karena memiliki tingkat kepercayaan dan loyalitas yang lebih tinggi.

Potensi ini dapat menjadi pilar utama dalam meningkatkan volume pembiayaan secara berkelanjutan, terutama di tengah kondisi pasar yang dinamis.

“Pada 2025, MUF akan memaksimalkan pertumbuhan pembiayaan melalui captive market yaitu nasabah referral Bank Mandiri, BSI, dan perbankan lainnya. Di samping itu kami juga memperluas penetrasi pembiayaan reguler melalui dealer, showroom, mitra, dan customer to customer. Strategi ini diproyeksikan dapat mendorong kinerja penyaluran pembiayaan MUF di tahun 2025,” kata Rully.

Baca Juga