Bangga Pakai Produk UMKM

Darussalam | Jumat, 28 Mei 2021 - 13:02 WIB


Maskas Batik pelaku UMKM yang konsisten memproduksi motif batik abstrak kontemporer yang dipadukan dengan style kekinian sehingga melahirkan baju batik pria modern sangat mendukung Gerakan Nasional ‘Bangga Buatan Indonesia’
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Maskas (tidak berpeci) bersama group nasyid An Nabawi

Jakarta - Sejak Pandemi Covid-19 mewabah, UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) menjadi tulang tulang punggung ekonomi masyarakat, dengan membeli dan memakai produk mereka omzetnya akan terdongkrak naik. Maskas Batik pelaku UMKM dengan produknya baju-baju batik yang elegan dan nyaman dipakai adalah salah satu UMKM yang tetap eksis sekalipun diterpa pandemi.

Maskas Batik pelaku UMKM yang konsisten memproduksi motif batik abstrak kontemporer yang dipadukan dengan style kekinian sehingga melahirkan baju batik pria modern  sangat mendukung Gerakan Nasional ‘Bangga Buatan Indonesia’ sebagai upaya pemerintah untuk membantu UMKM tetap bertahan di tengah dampak Covid-19.    

Digagas sejak tahun 2010 oleh Sukasno, Maskas Batik yang baju-baju batiknya terkadang menampilkan style warna-warna cerah yang melambangkan semangat dan optimisme, sehingga mereka yang berjiwa muda menyukainya, tidak henti untuk tetap berkreasi menghasilkan baju – baju batik yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh baju batik yang lainnya.

“Al hamdulillah saat Ramadhan dan Lebaran kemarin, kami mengalami peningkatan omzet. Memang Maskas  Batik disukai banyak kalangan, mulai dari para pejabat tinggi, selebritis, politikus, tua maupun muda. Kami sangat memperhatikan kualitas, baik itu dari segi bahan maupun proses membatiknya, karena ini murni batik tulis,” ujar Sukasno, yang juga akrab disapa Maskas ini.    

Sebagai pelaku UMKM, kini Maskas Batik yang pusat produksinya di Yogyakarta mempekerjakan lebih dari 25 pengrajin batik, yang mayoritasnya ibu-ibu rumah tangga. Dari mulai pemilihan kain, proses pembutan hingga menjadi sebuah kain batik dan kemudian dijahit dan siap menjadi sebuah baju, butuh keuletan dan ketelitian serta waktu agak lama.

Menurut Maskas, dirinya merasa bersyukur, terutama di tengah pandemi Covid-19, masih bisa memberdayakan dan mempekerjakan puluhan warga pengrajin batik tulis, dimana sekarang ini pekerjaan sulit dicari. “Kami mendukung Gerakan Nasional ‘Bangga Buatan Indonesia.’ supaya UMKM terus maju dan berkembang, sehingga bisa membantu pemerintah dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat, karena akan banyak lapangan kerja yang terserap,” ujarnya.

Selain ingin membantu pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja, meski jumlahnya tidak banyak, Maskas Batik juga ingin turut serta dalam melestarikan warisan budaya leluhur, yang oleh Unesco pada 2 Oktober 2009 silam, batik sudah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia.

Seperti diketahui nama Maskas Batik sendiri, diambil dari panggilan akrabnya, Maskas. Selain itu brand ini agar mudah diingat karena terdiri dari dua penggalan kata, MasKas. Dan yang tak kalah pentingnya Maskas Batik mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh brand batik lainnya.

“Kami akan terus berkreasi dengan menciptakan batik abstrak kontemporer kekinian, yang dipadukan dengan yang lagi trend, misalnya kami juga membuat batik motif Corona, motif Bikers bagi komunitsa motor, motif yang melambangkan pengusaha ulet dan juga motif-motif lainnya. Batik produk Maskas batik cocok untuk semua golongan, bisa untuk santai atau dipakai ke acara-acara formal,” Maskas mengakhiri.