Jakarta - Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Tb Haeru Rahayu, mengatakan Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh telah sukses dengan program kegiatan klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan sebelumnya, tepatnya di Mantang Rayeuk, Aceh Timur.
Oleh karena itu Aceh Timur kembali disertakan dalam program ini. “Kami konsen terhadap pengembangan dan peningkatan produksi udang vaname, untuk itu kami akan terus mengembangkan kembali daerah yang berhasil dan daerah potensial untuk program ini”, ungkap Tebe, sapaan akrabnya, dalam keterangannya.
Adapun pemilihan Aceh Timur sebagai lokasi pembangunan Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan, menurutnya karena Aceh Timur memiliki kondisi alam yang masih sangat mendukung, di mana kualitas air sangat baik, serta lahan yang tersedia cukup luas. Minat masyarakat akan budidaya udang vaname juga besar. Ditambah lagi, 14 kecamatan di kabupaten ini memiliki tambak seluas 18 ribu hektare.
Harapannya dengan program ini mampu meningkatkan dan menyejahterakan masyarakat pesisir, sehingga ekonominya lebih bangkit dan taraf hidupnya lebih meningkat.
“Kegiatan ini merupakan upaya KKP untuk membuat model Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan yang dapat direplikasi oleh masyarakat dan investor dalam rangka menggenjot produksi udang 2 juta ton pada tahun 2024. Melihat semua kondisi yang ada di Aceh Timur daerah yang sangat tepat makanya kami kembangkan kembali,” papar Tebe.
Tebe menyebutkan sukses tidaknya tambak ini ditentukan oleh petambak yang mengelolanya. Karena pekerjaan seperti ini tidak mudah atau gampang seperti yang dibayangkan. Namun adanya kerja sama yang baik di semua instansi terkait tambak ini jadi sempurna saat ini.
“Kami hanya support terhadap daerah yang mau konsen terhadap peningkatkan produksi udang. Dan Alhamdulillah, Aceh Timur salah satu daerah yang sukses. Untuk itu, mari kita sama-sama menjaga dan memanfaatkan, juga meneruskan apa yang sudah pemerintah pusat berikan untuk kemajuan petambak kita khususnya di Kabupaten Aceh Timur ini,” ujar Tebe lagi.
Dari data yang masuk, menurut Tebe, kelompok pembudidaya ikan Rahmat Rayeuk yang berjumlah 13 orang, kini dapat menikmati penghasilan per bulan kurang lebih sebesar Rp7,9 juta. Awalnya dari tambak tradisional penghasilan per bulan hanya Rp435 ribu. Kini KKP melalui UPT Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee telah selesai mengembangkan Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan di Paya Gajah, Peureulak Barat, Aceh Timur dengan jumlah petakan sebanyak 8 petak dengan luas 3.000 m2 per petak, dengan padat tebar 240 ribu ekor dan target produksi sekitar 27 ton per siklus.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh instansi yang terlibat di dalam kegiatan ini dan juga melanjutkan silaturahmi yang kepada seluruh masyarakat Aceh Timur. Program ini dapat memberikan contoh kepada seluruh petambak di Aceh agar lebih maju lagi dalam budidaya udang vaname ini yang nantinya semua petambak bisa lebih untung dalam penjualan. Di mana, pemerintah pusat menyerahkan tambak ini kepada pemerintah Kabupaten Aceh Timur yang langsung dikelola oleh masyarakat melalui kelompok petambak untuk terus dimanfaatkan dan terus memberikan contoh kepada petambak petambak lainnya yang ada di Kabupaten Aceh Timur ini,” tutur Tebe.
Senada, Bupati Aceh Timur, Hasballah M. Thaib juga mengucapkan terima kasih kepada KKP dalam hal ini Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang sudah menyempatkan hadir untuk memberikan bantuan tambak klaster kepada kelompok petambak di Desa Paya Gajah Kecamatan Peureulak Barat, dengan harapan bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
“Saya sangat berterima kasih kepada KKP atas bantuan klaster tambak ini dan diharapkan dapat membangkitkan perekonomian di Kabupaten Aceh Timur,” tambahnya.
Hasballah pun optimis daerahnya bisa menjadi sentra produksi perikanan budidaya, khususnya budidaya tambak udang. Kami akan bekerja secara cepat, membentuk tim percepatan dalam pelaksanaan kegiatan karena sangat bagus untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Akan banyak tenaga terserap dan perputaran ekonomi akan lancar, secara otomatis ekonomi daerah akan meningkat.
“Apa yang sudah ada akan kami jaga dan ke depan kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk bisa lebih ditingkatan,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP), Ujung Batee, M. Tahang, menambahkan, Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan yang berada di Kabupaten Aceh Timur seperti di Paya Gajah, Peureulak Barat ini merupakan kawasan tambak ideal karena terdiri dari petak pengelolaan air bersih, petak produksi, petak pengelolaan air limbah dan kawasan hutan mangrove sebagai kawasan penyangga untuk mewujudkan budidaya perikanan berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Dengan konsep klaster ini memungkinkan pengelolaan yang lebih terkontrol yakni melalui perbaikan tata letak dan penerapan biosecurity secara ketat dengan manajemen pengelolaan yang lebih terintegrasi dalam seluruh tahapan proses produksi.
Selain itu mempermudah dalam manajemen, meningkatkan efisiensi serta dapat meminimalisasikan dampak terhadap lingkungan dan serangan penyakit.
“BPBAP Ujung Batee selalu berkomitmen membantu masyarakat untuk meningkatkan produksi perikanan, terutama pada kegiatan budidaya udang. Kontribusi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan stakholder serta peran masyarakat sangat penting dalam guna pembangunan tambak klaster ini, agar mampu meningkatkan produksi perikanan budidaya berkelanjutan,” tutur Tahang.
Sebagai tambahan informasi, KKP memberikan dukungan berupa 1 paket Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan di Paya Gajah, Peureulak Barat, Aceh Timur senilai Rp. 5.813.803.000,-. Melalui UPT DJPB, BPBAP Ujung Batee telah selesai mengembangkan Klaster Tambak Udang Vaname Berkelanjutan di Paya Gajah, Peureulak Barat, Aceh Timur dengan jumlah petakan sebanyak 8 petak dengan luas 3.000 m2 per petak dengan padat tebar 240 ribu ekor dan target produksi sekitar 27 ton per siklus dengan nilai diperoleh sekitar kurang lebih Rp1,9 miliar per siklus atau Rp5,8 miliar per tahun dengan proyeksi keuntungan sekitar Rp2,5 miliar per tahun (asumsi harga Rp70 ribu per kg).
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan menyampaikan tadinya tambak-tambak tersebut dikelola secara tradisional oleh masyarakat. Kemudian melalui program KKP, tambak direvitalisasi menjadi tambak udang model klaster dengan produktivitas yang jauh lebih tinggi dibanding sebelumnya dan lebih ramah lingkungan.