Jakarta - Fraksi PKB DPR menggelar beragam kegiatan dalam menyemarakkan Bulan Suci Ramadhan. Ragam kegiatan tersebut untuk memastikan pesan Ramadhan sebagai bulan untuk meningkatkan kapasitas iman dan intelektual umat Islam.
Tahun ini kami menggelar kegiatan berbagi dengan anak-anak yatim dan bedah buku karya intelektual NU Ahmad Baso untuk menyemarakkan Bulan Suci Ramadhan,” ujar Ketua Fraksi PKB DPR Cucun Ahmad Syamsuriyal, di Aula Masjid Baiturrahman, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 13/4/2022.
Dikatakan kegiatan berbagi dengan anak yatim merupakan simbol jika Bulan Suci Ramadhan merupakan momentum tepat untuk lebih peduli kepada sesama.
Menurut Cucun, rasa lapar dan haus yang dirasakan umat Islam di siang hari menjadi penanda jika tidak boleh seorang muslim membiarkan saudaranya sendirian menghadapi kesulitan hidup.
Kedatangan ratusan anak yatim yang kita undang hadir dalam kegiatan ini merupakan berkah sekaligus pengingat agar kita mawas diri jika di sekitar kita masih ada saudara-saudara yang perlu kita sapa dan temani sehingga mereka tidak merasa sendirian menjalani apapun problem hidup mereka,” katanya.
Bulan Ramadhan, juga menjadi momentum tepat bagi umat Islam melakukan muhasabah atau koreksi diri. Dengan menurunnya berbagai aktivitas fisik maka tercipta banyak momentum bagi tiap individu untuk melakukan refleksi sejauh mana kemanfaatan diri bagi sesama.
Momentum Ramadhan ini banyak memberikan ruang bagi kita untuk meningkatkan kapasitas intelektual kita dengan banyak membaca dan berbagi ilmu dengan sesama,” ucapnya.
Dalam konteks meningkatkan kapasitas intelektual ini, kata dia, Fraksi PKB juga mengadakan kegiatan bedah buku bertajuk Historiografi Khittah dan Politik NU karya Ahmad Baso.
Sebagai partai politik yang dilahirkan untuk memperjuangkan kepentingan Jam’iyah maupun Jamaah NU maka sudah seharusnya setiap kader PKB memahami bagaimana sejarah Khittah NU.
Dengan memahami Khittah NU secara utuh maka kader PKB bisa mengetahui bagaimana memosisikan diri secara tepat dalam memperjuangkan kepentingan politik nahdliyin.
Cucun mengungkapkan, selama ini banyak yang salah dalam mempersepsikan Khittah NU. Khittah NU sering diartikan sebagai garis demarkasi ketat agar NU tidak boleh ikut-ikutan dalam politik kekuasaan.
Padahal justru dengan khittah NU, harusnya warga NU mampu merumuskan kepentingan politik dan bagaimana cara meraihnya. “Buku karya Pak Ahmad Baso sebagai intelektual NU menurut kami cukup representatif dan obyektif dalam mengupas bagaimana sejarah Khittah baik dari sisi pemikiran maupun gerakan yang ditunjang dengan bukti-bukti otentik. Ini juga akan menjadi bacaan bagus selama Bulan Ramadhan ini,” tuturnya.