Jakarta - Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yosanna H. Laoly membedah buku biografi politik berjudul "Anak Kolong Menjemput Mimpi".
Yosanna memaparkan bahwa dari buku yang terdiri atas tujuh bab tersebut merupakan biografi politik seorang Yosanna dari akademisi hingga berkarier di dunia politik.
"Kehadiran saya di sini, sebenarnya untuk berjumpa dengan Anda semua serta membagikan pengalaman hidup saya yang tertuang dalam buku Biografi yang berjudul: "Anak Kolong Menjemput Mimpi," kata Yasonna belum lama ini di Gedung Auditorium Universitas Ageng Tirtayasa (Untirta), Serang, Banten.
Bedah buku biografinya tersebut sekaligus menandai usianya yang ke-70 pada 23 Mei lalu.
"Dari judul tadi, anda sekalian pasti sudah mengira bahwa saya anak polisi yang lazim dijuluki anak kolong. Tidak salah anggapan itu, memang saya anak seorang polisi, tapi soal anak kolong, saya memang lebih sering tidur di kolong. Entah itu kolong meja, kolong bangku dan paling sering kolong tempat tidur," tuturnya.
Menurutnya, kebiasaannya tidur di kolong tersebut bukan disengaja, tetapi karena kondisi rumah orang tuanya yang sangat kecil.
Dia mengungkapkan Desa Sorkam tempat kelahirannya merupakan desa terindah baginya.
"Berdasarkan literatur yang saya baca, sejak abad ke-16, Sorkam sudah berjaya sebagai penghasil kemenyan. Nah, itulah desa kelahiran saya, Sorkam," ucapnya.
Menkumham Yosanna H. Laoly menggelar kegiatan bedah buku biografi politik berjudul "Anak Kolong Menjemput Mimpi" di Gedung Auditorium Universitas Agung Tirtayasa (Untirta),Serang, Banten. (Antara)
"Kembali ke soal anak kolong, ayah saya berasal dari Nias bernama Faoga’aro Laoly, pangkat terakhirnya Mayor. Ibu saya Resiana Sihite berasal dari suku Batak," tambahnya.
Sebelumnya, orang tuanya mengontrak rumah, sampai akhirnya diberi izin tinggal di rumah dinas.
"Jangan berpikir rumah dinasnya besar, sama sekali tidak, rumah dinas bapak kami memiliki dua kamar, satu dipakai bapak dan mamak, satu kamar lagi untuk kami, saya punya enam adik, bayangkanlah itu betapa sesaknya tidur saling menempelkan kepala macam itu," kenangnya.
"Kalau ada tamu, kami dievakuasi ke ruang tamu, dan saya kebagian tidur di kolong. Jadi benarlah, kalau saya ini anak kolong," katanya.
Dia mengatakan, kenangan sebagai anak kolong, membuatnya tertempa untuk menjadi pribadi yang mandiri, berempati tapi juga tegas dan profesional.
"Satu lagi, nilai yang sangat saya junjung tinggi, yaitu integritas. Nilai ini selain memperoleh contoh dari orang tua, lebih tajam lagi tertempa pada diri saya sejak di bangku kuliah," tandasnya.
Dia menegaskan etika dalam proses pendidikan membuat Yasonna menjadi manusia yang berintegritas dan beretika dalam bidangnya.
“Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi motivasi generasi muda dalam hal menulis buku serta dapat menginspirasi beberapa pengalaman hidup dan politik yang saya lakukan, baik sebagai akademisi, anggota DPR RI ataupun sebagai Menteri Hukum dan hak Asasi Manusia ," tuturnya.