Menlu Retno: Politik Luar Negeri RI Bukan Politik Transaksional

Agung Nugroho | Selasa, 09 Januari 2024 - 07:25 WIB

Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi ketika menyampaikan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 di Gedung Merdeka, Bandung pada Senin, (8/1/2024). Dok: Tangkapan layar yotube Kemlu RI

Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi menyatakan, politik luar negeri Indonesia bukan politik luar negeri yang transaksional.

Hal tersebut dikatakan Retno Marsudi ketika menyampaikan Pernyataan Pers Tahunan Menteri Luar Negeri (PPTM) 2024 di Gedung Merdeka, Bandung pada Senin, (8/1/2024) 

Ia menyampaikan, politik luar negeri Indonesia dijalankan secara konsisten berdasarkan prinsip bebas aktif, berkiblat kepada kepentingan nasional dan berkontribusi bagi perdamaian dunia sesuai mandat konstitusi.

"Politik luar negeri Indonesia bukan politik luar negeri yang transaksional. Politik luar negeri itu dijalankan untuk menyikapi dinamika dunia yang penuh tantangan dan ketidakpastian, " ujar Retno. 

Diplomasi Indonesia

Diplomasi Indonesia, lanjut Retno, dijalankan secara terukur dan berorientasi pada aksi.

"Diplomasi Indonesia dijalankan secara well-measured, well-calculated, action-oriented, result-oriented. Namun di saat yang sama terus menjunjung tinggi nilai dan prinsip yang tidak tergoyahkan," ucapnya.

Lebih jauh Retno menyatakan, politik luar negeri bebas aktif adalah napas dan tiang Indonesia. Spirit Bandung akan terus memberikan ruh bagi politik luar negeri Indonesia.

"Siapa pun yang akan memimpin Indonesia nanti, saya yakin tidak akan meninggalkannya," jelasnya.

Di kesempatan yang sama Retno menegaskan, Indonesia adalah salah satu pemain utama di kawasan dan global. Ia menyatakan, Indonesia bukan negara yang hanya berkedudukan sebagai penonton.

Menurutnya dalam hampir 10 tahun terakhir, rekam jejak diplomasi Indonesia dirasakan di kawasan dan dunia. Diplomasi Indonesia memiliki pengaruh tertinggi di Asia Tenggara tahun 2023.

Ia lantas menyampaikan beberapa pandangan dunia terhadap Indonesia.

Lowy Institute misalnya, menyebut Indonesia sebagai "middle power in Asia" dengan pengaruh diplomasi (diplomatic influence) dan kekuasaan komprehensif (comprehensive power) yang terus meningkat.

"Dari berbagai pandangan tersebut, jelas bahwa Indonesia adalah salah satu pemain utama di kawasan dan global, bukan sebagai penonton," sebut Retno.