Ditjen Bimas Kristen Gelar The 3rd ICC-IRS Bahas Digitalisasi Kampus

Fuad Rizky Syahputra | Kamis, 20 Juni 2024 - 16:58 WIB


Ditjen Bimas Kristen Kementerian Agama menggelar The 3rd ICC-IRS (International Christian on Conference of Inter-Religious Studies) di Palangka Raya.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung membuka The 3rd ICC-IRS di Palangka Raya. Dok; Kemenag

Jakarta - Ditjen Bimas Kristen Kementerian Agama menggelar The 3rd ICC-IRS (International Christian on Conference of Inter-Religious Studies) di Palangka Raya.

Even kali ketiga ini berlangung tiga hari, 20 - 22 Juni 2024, salah satunya membahas upata digitalisasi kampus pada Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK) Kristen.

Selaku tuan rumah kegiatan ini adalah Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Hadir, 26 narasumber dari kampus lokal dan internasional, diantaranya: Underwood University, Yonsei University, Arizona State University, University of Malaysia, Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Jakarta dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

The 3rd ICC-IRS dibuka oleh Dirjen Bimas Kristen Jeane Marie Tulung, Kamis (20/06/2024), mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

Menurutnya, konferensi internasional ini menjadi momentum penting dalam pertukaran pengetahuan, ide, dan pengalaman antarnegara.

’Kolaborasi internasional yang terjalin dalam acara ini menggambarkan pentingnya kerja sama lintas batas dalam memajukan bidang agama, pendidikan dan budaya di era digital,” kata Dirjen Jeane Marie Tulung.

Dalam era digital saat ini, lanjutnya, tema agama, pendidikan, dan budaya menjadi sangat penting untuk dibahas.

Perkembangan teknologi telah memberikan dampak yang signifikan pada cara kita memandang, memahami, dan mengalami aspek-aspek ini.

”Di bidang agama, teknologi telah memfasilitasi akses yang lebih luas terhadap informasi dan pemahaman akan kepercayaan agama tertentu. Kita dapat mengakses teks suci, kuliah agama, dan diskusi spiritual dengan lebih mudah melalui internet,” terangnya.

Hal ini, tandasnya, memungkinkan pembelajaran yang lebih inklusif dan personalisasi pendidikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu.

Namun, penting untuk kita tetap mempertahankan nilai-nilai etika, integritas, dan keadilan dalam proses pendidikan digital.

”Kita perlu memanfaatkan teknologi dengan bijak untuk memperkaya pemahaman agama, meningkatkan kualitas pendidikan, dan mempromosikan keragaman budaya tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kebenaran,” terang Dirjen.

”Digitalisasi memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, terutama dalam menghadapi era teknologi yang terus berkembang. Digitalisasi tidak hanya memperluas akses terhadap pendidikan, tapi juga membuka kesempatan untuk inovasi, kolaborasi global, dan peningkatan efisiensi di bidang pendidikan,” sambungnya.

Untuk mewujudkan digitalisasi dalam pendidikan, Dirjen katakan, dibutuhkan peningkatan dalam Sumber Daya Manusia yang terampil dalam teknologi.

”Oleh karena itu, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menghadapi era digital memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan berkelanjutan, seperti: pelatihan dan pengembangan keterampilan, mendorong kreativitas dan inovasi, kolaborasi dan tim kerja, fleksibilitas dan adaptabilitas, pemahaman etika digital melalui pendekatan holistik,” jelasnya.

Dengan ini, kita dapat memastikan bahwa individu dan tim dapat mengoptimalkan potensi teknologi untuk mencapai tujuan organisasi dan memajukan diri secara pribadi dan profesional.

”Semoga hubungan baik yang terbentuk melalui konferensi internasional ini dapat terus ditingkatkan dan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi semua pihak,” pungkasnya.