Menko Airlangga : Industri Baja Sudah Bisa Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Kiki Apriyansyah | Rabu, 10 Juli 2024 - 16:47 WIB


Pemerintah juga telah mengupayakan berbagai kebijakan dalam mendorong kemajuan industri baja, salah satunya melalui kebijakan hilirisasi komoditas.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan sambutan di Seminar dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Indonesian Society of Steel Construction (ISSC), Jakarta, Rabu (10/07/2024).

Jakarta -  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan industri baja Indonesia telah menjadi “mother of industries” yang memiliki peranan strategis dalam memenuhi kebutuhan sektor industri lainnya. 

Dalam hal ini, Pemerintah juga telah mengupayakan berbagai kebijakan dalam mendorong kemajuan industri baja, salah satunya melalui kebijakan hilirisasi komoditas.

“Industri baja ini bagus karena sudah bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Contohnya IKN, seluruh steel construction dibuat di Indonesia dan ini keuntungan kita. Kita menjadi negara berdaya saing kuat di iron and steel,” ungkap Menko Airlangga saat memberikan sambutan di Seminar dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Indonesian Society of Steel Construction (ISSC), Jakarta, Rabu (10/07/2024).

Selain menyoroti perkembangan industri baja tersebut, Menko Airlangga juga menyebutkan kemajuan salah satu construction siblings yang berada di Batam dimana berhasil melakukan ekspor sebanyak 130 wind turbine. 

Wind turbine tersebut juga menjadi pertama yang akan dipasang pada utara Long Island, New York, dengan kapasitas yang direncanakan sebesar 2,1 Gigawatt.

Mempertimbangkan capaian ekspor komoditas baja yang telah dilakukan pada beberapa negara, diantaranya di Sydney dan New Zealand, Menko Airlangga menyampaikan bahwa industri baja di Indonesia kian menguat dan diperhitungkan berbagai negara di dunia. 

Dengan demand yang terus meningkat, Menko Airlangga menghimbau agar target industri baja dapat ditingkatkan hingga ke 20 juta ton, mengingat konsumsi diperkirakan akan meningkat hingga 18-19 juta ton.

Lebih lanjut, Menko Airlangga juga menyampaikan perlu adanya peningkatan kemampuan pabrikasi atau manufacturing agar lebih cepat. Terkait kekhawatiran pelaku usaha terhadap capital goods, Pemerintah juga telah memberikan sejumlah insentif yang dapat meringankan pelaku industri seperti pembebasan bea masuk dan pembebasan PPN.

Industri besi dan baja nasional telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dengan capaian ekspor besi dan baja senilai USD26,7 miliar di tahun 2023. Kinerja neraca perdagangan besi dan baja juga mengalami perbaikan dari defisit USD3 miliar di tahun 2019 menjadi surplus USD15,3 miliar pada tahun 2023. 

Hal ini diikuti dengan pertumbuhan industri logam dasar sejak Q1-2023 hingga Q1-2024 pada rentang 11%-18% dan peningkatan ekspor produk logam dasar dari 8,74% di tahun 2019 menjadi 16,74% pada tahun 2023.

Menutup sambutan, Menko Airlangga menegaskan bahwa penguasaan teknologi juga menjadi aspek yang penting dalam mendorong kemajuan industri baja, terlebih Indonesia juga akan mengalami bonus demografi ke depan sehingga diharapkan akan terdapat lebih banyak sumber daya manusia yang unggul terkait teknologi. Hingga kini, industri baja Indonesia sendiri telah memiliki kemampuan welding yang merupakan salah satu terbaik di dunia.

“Saya mengucapkan selamat untuk penyelenggaraan Rakernas ini dan saya ingin agar kita berkomitmen agar industri baja kita ini dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” pungkas Menko Airlangga.

Baca Juga