Menuju Indonesia Emas 2045, BKKBN Beri Edukasi Cegah Stunting

Elma | Minggu, 28 Juli 2024 - 18:03 WIB


Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo memberikan edukasi terkait pencegahan dan penanganan stunting sehingga terwujud generasi sehat dan cerdas menuju Indonesia Emas 2045.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menandatangani MoU dengan DPP LDII untuk Mencegah Stunting. Dok: Istimewa

Jakarta-  Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo memberikan edukasi terkait pencegahan dan penanganan stunting sehingga terwujud generasi sehat dan cerdas menuju Indonesia Emas 2045.

Ia menjelaskan, pihaknya mempunyai program mewujudkan keluarga yang berkualitas termasuk program Bina Ketahanan Remaja (BKR), untuk meningkatkan bimbingan atau pembinaan tumbuh kembang remaja secara baik dan terarah dalam rangka pembangunan SDM yang bermutu, tangguh, maju dan mandiri.

"Kami punya program Bina Ketahanan Remaja (BKR). BKKBN punya tugas untuk membangun keluarga berkualitas dan fokusnya di situ," Ujarnya saat menghadiri webinar tentang pengenalan, penyebab dan pencegahan stunting menuju terwujudnya generasi sehat dan cerdas, Indonesia Emas 2045 di Pesantren Wali Barokah Kediri, Sabtu.

Hasto menjelaskan tentang pernikahan yang juga bisa terkait dengan edukasi soal stunting. Untuk pernikahan menurut faktor pendidikan, menunjukkan bahwa semakin pendidikan tinggi, seseorang tidak terburu menikah.

Selanjutnya adalah tempat tinggal dimana semakin tinggal di pelosok, yang bersangkutan menikahnya lebih cepat.

Sedangkan yang tinggal di wilayah kota dengan keramaian serta hiburan banyak semakin menunda terlebih dahulu untuk menikah.

Yang lain adalah soal kaya atau miskin. Semakin seseorang kaya, bukan keinginan untuk menikah cepat melainkan menunda. Dimungkinkan ingin menikmati dahulu atau dia mencari kekayaan dengan waktu yang panjang.

Ia menyebut, secara nasional pada 2013 ada 2,2 juta pernikahan, sedangkan pada tahun lalu 1,54 juta pasangan melangsungkan pernikahan.

Dijelaskan terkait dengan hubungan antara pernikahan dengan stunting yakni menikah pada usia dini tidak disarankan karena ada risiko menimbulkan banyak masalah, salah satunya mempunyai anak stunting.

"Selain itu, saat terjadi pernikahan dini, perempuan yang berusia masih remaja umumnya memiliki tingkat psikologis dan organ reproduksi yang belum matang, sehingga ada risiko," katanya.

Dirinya juga mengatakan dukungan dari pesantren juga sangat dibutuhkan untuk terealisasinya program pemerintah menuju Indonesia Emas 2045.

Sementara itu, Ketua Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri KH Sunarto mengatakan pihaknya terbantu dengan edukasi dari BKKBN termasuk  untuk melayani santri sesuai dengan kebutuhan mereka.

"Harapan kami ilmu yang baru saja disampaikan oleh Kepala BKKBN RI menjadi semangat kami semua untuk hati-hati dalam melayani kebutuhan akan makanan mereka," katanya.

Kegiatan itu juga selain dihadiri jajaran BKKBN RI, juga dari pengurus Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), pengurus pesantren, serta para santri.

Baca Juga