"Pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang mencatatkan angka sekitar 5%, sangat bergantung pada berbagai faktor. Salah satunya adalah pemerintah, melalui government spending. Efisiensi yang tercipta dalam pengeluaran pemerintah dapat menurunkan angka tersebut, seperti yang terjadi pada tahun 2025 di mana target pertumbuhan ekonomi sempat menurun akibat adanya pemotongan anggaran," kata Badikenita dalam Seminar Nasional, dengan tema “Transformasi BUMN Menjadi Pilar Fundamental Perekonomian Nasional” di Gedung Nusantara, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis 13/2/2025.
Badikenita menjelaskan bahwa dalam struktur ekonomi, salah satu unsur penentu adalah investasi (I). Saat ini, sekitar 70% dari pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh sektor UMKM, sementara investasi besar hanya menyumbang 30%.
"Peran UMKM sangat dominan, dari Indomaret, Grab, hingga berbagai usaha kecil lainnya," tambahnya, tanpa menyebutkan merek tertentu agar tidak terkesan melakukan endors.
Dia juga menekankan peran BUMN dalam perekonomian negara, khususnya melalui dividen dan pajak yang disetorkan ke negara. Transformasi dalam BUMN telah membawa pengurangan jumlah klaster dari 27 menjadi hanya 12, dengan beberapa di antaranya sudah memperlihatkan perbaikan signifikan.
"Misalnya, BUMN yang mengelola perkebunan kelapa sawit, yang kini lebih fokus pada klaster yang sehat," ucapnya.
Namun, tidak semua BUMN berada dalam kondisi baik. Seperti yang disinggung oleh Dr. Badikenita, "Beberapa BUMN sebelumnya mengalami kesulitan, bahkan pernah tidak dapat gaji selama dua tahun."
Meskipun demikian, lewat kebijakan holding yang disederhanakan, BUMN yang tidak sehat kini dapat dibedakan dan diubah statusnya menjadi lebih produktif dan efisien.
"Dengan demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti efisiensi pengeluaran pemerintah, investasi, dan peran UMKM menjadi sangat vital dalam meningkatkan ekonomi Indonesia ke depan," tutupnya.