Kepala Bapanas Tegaskan Ketahanan pangan Harus Holistik Hingga Diversifikasi

Fuad Rizky Syahputra | Senin, 12 Mei 2025 - 15:22 WIB


Ketahanan pangan harus diwujudkan secara holistik. Tidak cukup hanya dengan intensifikasi dan ekstensifikasi produksi, tetapi juga melalui diversifikasi konsumsi.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi (kanan).

Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa ketahanan pangan harus diwujudkan secara holistik melalui intensifikasi, ekstensifikasi produksi, serta diversifikasi konsumsi demi menciptakan sistem pangan nasional yang berkelanjutan.

"Ketahanan pangan harus diwujudkan secara holistik. Tidak cukup hanya dengan intensifikasi dan ekstensifikasi produksi, tetapi juga melalui diversifikasi konsumsi," kata Arief dalam Indonesia Culinary Art (ICA) Chef Expo 2025 sebagaimana dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.

Menurut Arief, ICA Chef Expo 2025 bertema "Penguatan Konsumsi Pangan Lokal dan Edukasi Gizi Seimbang" menjadi panggung strategis untuk meningkatkan prinsip konsumsi beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA).

"Ini bisa menyasar edukasi gizi secara luas, khususnya kepada generasi muda yang menjadi pilar masa depan bangsa," ujarnya.

Dia menyampaikan, pangan lokal bukan sekadar warisan budaya, melainkan fondasi penting dalam membangun gizi bangsa dan kemandirian pangan nasional.

"Kita harus optimalkan sumber daya lokal seperti singkong, jagung, sorgum, ikan, dan jamur. Semuanya bisa menjadi sumber gizi utama yang mudah diakses dan terjangkau,” kata Arief.

Arief menekankan pentingnya membangun pola makan sehat sejak dini. Hal itu sejalan dengan program prioritas nasional, Makan Bergizi Gratis (MBG), yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

"Membangun masa depan dimulai dari piring makan anak-anak kita. Dan makanan bergizi itu tidak harus mahal, asal kita mau menggali potensi pangan yang kita miliki sendiri,” katanya.

Sebagai bentuk konkret edukasi, ICA dan Bapanas menghadirkan demo masak langsung yang menampilkan kreasi menu berbasis pangan lokal dengan pendekatan gizi B2SA.

ICA Chef Expo 2025 bukan sekadar ajang kompetisi kuliner, tapi juga ruang regenerasi profesi dan kolaborasi lintas sektor.

Acara itu melibatkan siswa SMK, mahasiswa kuliner, pelaku UMKM pangan lokal, hingga komunitas chef muda dari berbagai daerah.

"Keterlibatan mereka membuktikan bahwa dunia kuliner bisa menjadi motor penggerak perubahan pola konsumsi masyarakat," tuturnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan Indonesia memiliki lebih dari 77 jenis sumber karbohidrat non-beras serta ratusan jenis protein nabati dan hewani lokal. Namun, sebagian besar masih belum tergarap maksimal.

Padahal, kata Arief, diversifikasi konsumsi pangan dapat mendorong penurunan angka stunting, yang menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023 masih berada di angka 21,5 persen.

“Edukasi pangan lokal harus dimulai dari rumah dan sekolah. Kami terus mendorong kolaborasi antara chef, pendidik, UMKM, dan pemerintah agar anak-anak kita makan lebih sehat sekaligus bangga terhadap kekayaan kuliner bangsa sendiri,” imbuh Arief.

Bapanas berharap munculnya tren baru dalam dunia kuliner yang tidak hanya mengedepankan cita rasa dan tampilan, tetapi juga nilai gizi dan kontribusinya terhadap ketahanan serta kedaulatan pangan nasional.