Gerai Sembako Kopdes Merah Putih, Solusi Penyederhanaan Rantai Pasok

Fuad Rizky Syahputra | Selasa, 01 Juli 2025 - 12:27 WIB


Melalui pendekatan pentahelix, kami mengajak pemerintah, pelaku usaha, komunitas, akademisi, dan media untuk bersama-sama memperkuat aksi penyelamatan pangan. Sektor pariwisata memiliki peran strategis dalam pengurangan food waste, baik di hotel, restoran, maupun katering.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi. Dok: Istimewa

Jakarta - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) kembali menegaskan komitmennya dalam mengatasi susut dan sisa pangan (food loss and waste) di Indonesia. Melalui penguatan Gerakan Selamatkan Pangan (GSP), NFA mendorong keterlibatan berbagai pihak untuk menciptakan sistem pangan yang lebih efisien, inklusif, dan berkelanjutan.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Kewaspadaan Pangan NFA, Nita Yulianis, dalam Ruang Diskusi Strategis bertema “Food Waste Management: Menjawab Tantangan Keamanan Pangan dan Lingkungan” yang digelar secara daring oleh Kementerian Pariwisata di Jakarta pada Senin (30/6/2025). 

“Melalui pendekatan pentahelix, kami mengajak pemerintah, pelaku usaha, komunitas, akademisi, dan media untuk bersama-sama memperkuat aksi penyelamatan pangan. Sektor pariwisata memiliki peran strategis dalam pengurangan food waste, baik di hotel, restoran, maupun katering,” ujar Nita.

Dalam implementasinya, NFA melalui GSP mengembangkan strategi twin track yaitu pencegahan sisa pangan dengan mendorong perubahan perilaku konsumsi melalui edukasi, sosialisasi, dan promosi, dan fasilitasi aksi penyelamatan pangan melalui redistribusi pangan berlebih kepada masyarakat rentan. 

"Hingga tahun 2025, program ini telah dijalankan di 17 provinsi dan terus diperluas ke seluruh provinsi di Indonesia melalui kolaborasi berbagai mitra termasuk pelaku usaha perhotelan. Praktik-praktik baik terus bermunculan di berbagai daerah, seperti program Bakul Tasik di Kota Tasikmalaya, donasi pangan oleh Hotel JW Marriott dan Super Indo, serta kerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FOI) dan FoodCycle Indonesia dalam pendistribusian pangan menggunakan mobil logistik yang difasilitasi NFA," papar Nita.

Komitmen dari sektor swasta dalam manajemen sisa pangan juga semakin menguat. General Manager Hotel Mercure Jakarta Cikini, Lisa Sanjoyo, menyampaikan bahwa jaringan Accor Hotels telah menetapkan sistem pelaporan food waste yang dilakukan secara rutin oleh tiap hotel sebagai bagian dari strategi keberlanjutan mereka. 

“Ada satu regulasi terkait food waste, yang mana setiap bulan kita harus memberikan data terkait food waste di hotelnya masing-masing,” ujar Lisa.

Lisa menambahkan bahwa hotel juga menerapkan berbagai langkah nyata untuk mengurangi limbah, seperti komposting limbah organik di area hotel, donasi makanan berlebih melalui kerja sama dengan Yayasan Emmanuel, serta biokonversi limbah menjadi larva Black Soldier Fly (BSF) melalui kolaborasi dengan Bima Sirkular Nusantara. Langkah-langkah ini sejalan dengan target Net Zero dan strategi efisiensi operasional yang diusung Accor Group.

"Data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2024 menunjukkan bahwa limbah makanan menyumbang hampir 50 persen dari total sampah di Jakarta. Menyadari hal ini, hotel menerapkan strategi menyeluruh mulai dari identifikasi sumber food waste di semua dapur, layanan, dan area, dari tahap pra-pelayanan (pre-service) hingga pasca-pelayanan (post-service)," ujarnya.

Lebih lanjut, untuk memperkuat basis data dan perencanaan kebijakan, NFA telah meluncurkan metode baku perhitungan sisa pangan yang telah diuji coba bersama 15 Bappeda dan OPD Pangan provinsi. Metode ini siap diadopsi secara nasional dan menjadi dasar penting untuk menyusun kebijakan pengurangan food waste yang terukur dan tepat sasaran.

Terpisah, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menegaskan bahwa penyelamatan pangan merupakan bagian integral dari ketahanan pangan nasional dan agenda keberlanjutan nasional bahkan global. Ia menekankan bahwa setiap upaya menyelamatkan pangan adalah langkah konkret menyelamatkan masa depan bangsa.

“Kita harus bergerak bersama menyelamatkan pangan. Setiap kilogram makanan yang terbuang adalah bentuk pemborosan sumber daya. Gerakan Selamatkan Pangan harus menjadi budaya baru yang melibatkan seluruh elemen bangsa, dari pemerintah, swasta, komunitas, hingga rumah tangga,” ujar Arief.

Sebagai informasi, menurut kajian Bappenas tahun 2021, Indonesia menghasilkan food loss and waste sebesar 23-48 juta ton per tahun atau setara dengan 115-184 kg per kapita. Angka ini tidak hanya mencerminkan pemborosan pangan, namun juga berdampak serius pada kerugian ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai Rp 231-551 triliun per tahun atau sekitar 4 persen hingga 5 persen dari PDB, serta menyumbang 7,29 persen emisi gas rumah kaca nasional.