Darmansyah Husein Apresiasi Negosiasi Prabowo dengan AS Terkait Penurunan Tarif Impor 19 Persen

Kiki Apriyansyah | Kamis, 17 Juli 2025 - 15:49 WIB


Menurut Darmasyah Husein hasil negosiasi dagang dengan Presiden AS Donald Trump itu membuka peluang bagi Indonesia untuk memperkuat daya saing ekspor dan mendorong hilirisasi industri dalam negeri.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Anggota DPD RI Darmansyah Husein

JAKARTA - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) asal daerah pemilihan Bangka Belitung, Darmansyah Husein, menyampaikan apresiasinya terhadap langkah Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, dalam melakukan negosiasi dagang dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Salah satu hasil dari negosiasi tersebut adalah penurunan tarif impor produk Indonesia ke Amerika Serikat dari sebelumnya 32 persen menjadi 19 persen.

"Penurunan tarif menjadi 19 persen memang terlihat cukup signifikan. Jika kita lihat secara multilateral, ini bisa jadi peluang bagi Indonesia agar barang-barang kita menjadi lebih kompetitif di pasar Amerika. Tapi tentu tetap harus dibandingkan juga dengan negara-negara tetangga seperti Tiongkok," ujar Darmansyah Husein saat ditemui di Ruang kerjanya, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (17/7/2025).

Darmansyah menilai, meski belum menjadi capaian tertinggi, kesepakatan ini bisa membawa keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Ia menekankan pentingnya melihat dari dua sisi: potensi peningkatan ekspor Indonesia dan kemampuan Indonesia untuk bersaing di pasar global.

"Amerika Serikat banyak mengimpor bahan baku dari kita, terutama untuk kebutuhan industrinya. Kalau tarif terlalu tinggi, justru bisa memukul industri dalam negeri mereka. Jadi saya rasa, ini juga menjadi pertimbangan dari pihak AS," jelas Darmansyah.

Lebih lanjut, ia juga menyoroti pentingnya strategi hilirisasi industri dalam negeri. Dengan adanya tarif impor yang lebih kompetitif, menurutnya, Indonesia bisa memanfaatkan momen ini untuk mendorong investor asing, termasuk dari AS, agar membangun fasilitas pengolahan di Indonesia alih-alih hanya membeli bahan mentah.

"Kita harus teliti melihat sektor mana yang bisa memberikan keuntungan. Pemerintah juga perlu melakukan evaluasi terhadap produk-produk yang potensial untuk didorong ekspornya. Kalau tidak, kebijakan ini bisa jadi sekadar langkah formal tanpa dampak nyata," tambahnya.

Darmansyah juga menyinggung potensi kerjasama dagang dengan Uni Eropa sebagai alternatif dan peluang untuk mendiversifikasi mitra dagang. Menurutnya, tarif impor dari Eropa kini lebih bersahabat dan bisa membuka peluang ekspor mesin dan teknologi industri yang lebih murah.

"Vietnam saja masih dikenakan tarif 20 persen. Kita 19 persen, ini artinya posisi kita sedikit lebih baik. Tapi tetap, kita harus pintar bermain. Prinsip dagang itu tidak bisa sepihak. Harus saling untung," pungkasnya.

Baca Juga