Jakarta - Pemerintah kembali mengambil langkah strategis untuk mendukung peternak unggas dan menjaga keterjangkauan harga telur bagi masyarakat. Kali ini melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung pakan, sebanyak 52.400 ton jagung akan disalurkan kepada peternak layer mandiri di seluruh Indonesia.
Kepala Badan Pangan Nasional (NFA), Arief Prasetyo Adi, menyatakan program ini merupakan bentuk subsidi harga, sehingga harga jagung pakan bagi peternak ditetapkan Rp 5.500 per kilogram, lebih rendah dibanding Harga Acuan Penjualan (HAP) Rp 5.800 per kilogram. “Subsidi ini penting untuk menekan biaya produksi peternak dan mencegah harga telur melonjak,” ujar Arief dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI, Kamis (4/9/2025).
Berdasarkan pantauan Panel Harga Pangan NFA, harga jagung di tingkat peternak saat ini mencapai Rp 6.599 per kilogram, atau 13,78 persen lebih tinggi dibanding HAP. Pemerintah menilai SPHP jagung pakan menjadi instrumen efektif untuk menstabilkan harga di pasar dan mendukung ketahanan pangan nasional.
Pelaksanaan program ditargetkan dimulai pada minggu ketiga September 2025. Penyaluran jagung akan dilakukan oleh Perum Bulog, yang saat ini memiliki stok Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) sebanyak 64 ribu ton, mayoritas berasal dari produksi dalam negeri. Penerima manfaat akan ditetapkan oleh Kementerian Pertanian c.q. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Selain itu, NFA memproyeksikan produksi jagung pipilan kering (JPK) 14 persen tahun 2025 mencapai 16,68 juta ton, meningkat dibanding produksi 2024 sebesar 15,14 juta ton. Peningkatan produksi ini sekaligus memperkuat ketahanan pasokan jagung nasional dan mendukung program subsidi pemerintah bagi peternak.
Dengan langkah ini, pemerintah menegaskan komitmennya untuk melindungi produsen pangan dalam negeri sekaligus memastikan harga pangan strategis tetap stabil dan terjangkau bagi masyarakat.