Kementerian PU Dorong Resiliensi Infrastruktur Nasional Dalam Hadapi Dinamika Global

Redaksi | Rabu, 17 September 2025 - 18:26 WIB


Perang di Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, hingga rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok memberikan dampak nyata pada stabilitas pangan, energi, dan air di Indonesia.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Menteri PU, Dody Hanggodo.

Surabaya - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus berkomitmen mendukung program Asta Cita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto, termasuk peningkatan ketahanan nasional melalui penguatan infrastruktur dan kolaborasi multisektor.

Dalam The 9th International Conference Postgraduate School Universitas Airlangga (ICPS) yang digelar di Surabaya, Rabu (17/09/2025) dengan tema “Geopolitical Risk and Resilience on Developing for Better World,” Menteri PU Dody Hanggodo menekankan pentingnya membangun ketahanan nasional melalui infrastruktur di tengah dinamika global akibat rivalitas geopolitik, krisis energi, ketidakpastian ekonomi global, hingga perubahan iklim.

“Infrastruktur menjadi lebih dari sekedar pembangunan, melainkan ketahanan. Bendungan dan irigasi mendukung ketahanan pangan, hydropower dan floating solar juga mendukung ketahanan energi. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan sistem pengendalian banjir dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan mencegah bencana. Kemudian jalan dan jembatan mendukung konektivitas serta logistik,” ujar Menteri Dody.

Menteri Dody juga menyoroti bahwa tantangan global seperti perang di Ukraina, ketegangan di Timur Tengah, hingga rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok memberikan dampak nyata pada stabilitas pangan, energi, dan air di Indonesia. Oleh karena itu, kemandirian pada tiga sektor strategis tersebut harus menjadi prioritas pembangunan nasional.

“Pembangunan infrastruktur harus dipandang sebagai non-military defense atau pertahanan sipil. Bendungan, irigasi, pembangkit listrik tenaga air, sistem air bersih, jalan, dan jembatan tidak hanya menopang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjadi sistem ketahanan nasional dalam menghadapi krisis. Infrastruktur bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi perisai ketahanan bangsa,” jelas Menteri Dody.

Melalui program PU608, Kementerian PU berupaya meningkatkan ketahanan infrastruktur yang berfokus pada efisiensi investasi, pengentasan kemiskinan, dan pencapaian pertumbuhan ekonomi 8 persen pada tahun 2029. 

Selain pembangunan fisik, Kementerian PU juga mendukung berbagai program prioritas sosial melalui penyediaan sekolah bagi anak-anak kurang mampu (Sekolah Rakyat), peningkatan sarana pendidikan tinggi, hingga infrastruktur kesehatan dan sanitasi untuk mengurangi stunting.

Menteri PU juga mengajak seluruh pihak untuk mendukung kolaborasi lintas sektor atau pentahelix yang melibatkan pemerintah, akademisi, swasta, masyarakat sipil, hingga media.

“Tidak ada pemerintah yang mampu berjalan sendiri. Kita butuh kolaborasi bersama akademisi, swasta, masyarakat, dan media. Bersama-sama melalui kolaborasi pentahelix ini kita dapat mengubah krisis menjadi peluang dan tantangan menjadi inovasi,” kata Menteri Dody.

“Sejalan dengan Visi Indonesia Maju 2045 yang dicanangkan Presiden Prabowo, Indonesia harus memiliki ketahanan nasional dan adaptif. Melalui persatuan, visi yang jelas, dan doa seluruh bangsa, Indonesia tidak hanya mampu bertahan menghadapi krisis, tetapi juga akan lebih kuat, adil, dan makmur,” tandas Menteri Dody.

Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Muhammad Madyan, turut menyampaikan apresiasi pada Kementerian PU yang berpartisipasi dalam ketahanan nasional.

“Melalui konferensi ini, kita diingatkan bahwa ketahanan yang dibangun bukan hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk beradaptasi, berinovasi, dan bangkit lebih kuat. Kehadiran para pembicara, akademisi, pembuat kebijakan, dan peserta dari berbagai negara mencerminkan komitmen kita bersama dalam memperkaya pengetahuan serta mendorong dialog atas isu-isu global yang sangat mempengaruhi kemanusiaan. Resiliensi harus bersifat proaktif dan visioner,” ungkap Rektor Madyan.