Jakarta - Saat kebanyakan orang masih terlelap, Yayun sudah bersiap menempuh perjalanan panjang menuju Sekolah Dasar Kecil (SDK) Hambata di Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan. Jalan tanah yang basah, berlumpur, dan licin menjadi rute sehari-hari yang ia hadapi demi bisa hadir mengajar.
Sejak diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pada Juli 2023, Yayun menunaikan tugas sebagai Guru Pendidikan Agama Buddha dengan penuh dedikasi. Jarak 15 kilometer yang ditempuhnya tak pernah dianggap sebagai rintangan, melainkan bagian dari pengabdian untuk mencerdaskan anak bangsa di pelosok negeri.
Di SDK Hambata, Yayun membina lima murid beragama Buddha, terdiri dari tiga siswa kelas lima dan dua siswa kelas enam. Meski jumlahnya kecil, ia tetap memberikan perhatian penuh. Selain mengajarkan pelajaran agama, Yayun juga membimbing murid-muridnya dalam kegiatan seni dan lagu, agar mereka memiliki pengalaman belajar yang lebih luas.
“Kami berjuang dengan ikhlas mendidik siswa melalui Pendidikan Agama Buddha. Harapannya, anak-anak di desa ini dapat merasakan pendidikan yang sama seperti teman-temannya di kota,” ujar Yayun, Jumat (26/9/2025).
Kepala SDK Hambata, Akhmad Baihaqi, mengakui perjuangan para guru di sekolah pedalaman tidaklah mudah. Jalan yang sulit dilalui, terutama di musim hujan, membuat proses belajar mengajar penuh tantangan. Namun kehadiran Guru Pendidikan Agama Buddha, kata dia, sangat berarti bagi siswa.
“Dengan adanya Guru Agama Buddha, siswa bisa menerima pelajaran sesuai agamanya. Hal ini memberi semangat bagi kami untuk terus memberikan layanan pendidikan terbaik,” ungkap Baihaqi.
Di balik perjalanan yang penuh lumpur dan hujan, tersimpan ketulusan seorang guru yang percaya bahwa pendidikan adalah cahaya. Meski hanya lima anak yang menunggu di kelas sederhana, Yayun tetap hadir, karena baginya setiap anak berhak mendapat kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.