Deretan Cuaca Ekstrem Terjang Nusantara, BNPB Minta Daerah Siaga Bencana

Redaksi | Minggu, 19 Oktober 2025 - 14:53 WIB


Sebanyak 23 Kepala Keluarga (KK) terdampak, satu orang mengalami luka ringan, dan puluhan rumah mengalami kerusakan. Berdasarkan hasil kaji cepat BPBD Jawa Tengah, lima rumah rusak berat, 18 rumah rusak ringan, serta empat fasilitas pendidikan turut terdampak.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Dok: Istimewa.

Jakarta - Dalam kurun tiga hari terakhir, cuaca ekstrem melanda sejumlah wilayah di Indonesia dan meninggalkan jejak kerusakan cukup luas. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Minggu (19/10) pukul 07.00 WIB mencatat, sedikitnya lima kejadian bencana baru dilaporkan dari berbagai daerah, sebagian besar dipicu oleh hujan berintensitas tinggi disertai angin kencang.

Bencana pertama tercatat di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, pada Jumat (17/10). Hujan deras yang berlangsung lama disertai hembusan angin kencang menerjang permukiman di Kelurahan Kepil, Kecamatan Kepil.

Sebanyak 23 Kepala Keluarga (KK) terdampak, satu orang mengalami luka ringan, dan puluhan rumah mengalami kerusakan. Berdasarkan hasil kaji cepat BPBD Jawa Tengah, lima rumah rusak berat, 18 rumah rusak ringan, serta empat fasilitas pendidikan turut terdampak.

“Tim kami masih bekerja di lapangan untuk memperbaiki akses jalan dan membersihkan material pohon tumbang,” ujar salah satu petugas BPBD Wonosobo.

Sementara itu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, juga tidak luput dari terjangan cuaca ekstrem. Angin kencang pada Jumat sore (17/10) menghantam empat desa di tiga kecamatan dan berdampak pada 32 KK. Sejumlah rumah dan fasilitas umum rusak, sementara beberapa ruas jalan sempat tertutup pohon tumbang.

BPBD Blitar telah menurunkan tim sesaat setelah kejadian dan berhasil menormalkan akses jalan pada keesokan harinya.

Di wilayah barat Indonesia, Aceh Barat mengalami kondisi serupa. Hujan deras disertai angin kencang mengguyur delapan gampong di dua kecamatan pada Jumat petang.

Sedikitnya 376 jiwa atau 113 KK terdampak akibat peristiwa ini. “Tidak ada korban jiwa, namun sebagian warga harus dievakuasi karena tiang listrik roboh dan genangan air meningkat,” jelas laporan BPBD setempat. Dapur umum telah didirikan di dua titik untuk membantu warga terdampak.

Kejadian cuaca ekstrem juga dilaporkan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, tepatnya di Desa Serangkat, Kecamatan Ledo. Sepuluh KK terdampak, dengan kerusakan meliputi rumah warga, fasilitas pendidikan, dan kantor desa. BPBD Bengkayang kini melakukan pemetaan wilayah rawan dan sosialisasi kesiapsiagaan bagi warga.

Tak hanya angin kencang, bencana kekeringan juga masih dirasakan di beberapa wilayah, salah satunya Desa Kalibarumanis, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi. Sedikitnya 80 KK atau 300 jiwa mengalami kesulitan air bersih.

Menanggapi hal ini, tim gabungan menyalurkan 1.200 liter air bersih serta 10 jeriken bantuan untuk warga terdampak, sekaligus mencari sumber air baru yang dapat dimanfaatkan jangka panjang.

Menyoroti kondisi ini, BNPB mengingatkan seluruh pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi anomali cuaca.

“Fenomena angin kencang, banjir, dan kekeringan masih berpotensi terjadi di berbagai daerah. Kami mendorong daerah untuk memastikan sistem peringatan dini berfungsi dan sarana penanggulangan bencana siap digunakan,” kata perwakilan BNPB dalam keterangan tertulisnya.

BNPB juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, terutama saat beraktivitas di luar ruangan. Informasi resmi terkait prakiraan cuaca disarankan untuk selalu dipantau melalui kanal BMKG dan pemerintah daerah setempat.

Dalam kurun tiga hari terakhir, cuaca ekstrem melanda sejumlah wilayah di Indonesia dan meninggalkan jejak kerusakan cukup luas. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Minggu (19/10) pukul 07.00 WIB mencatat, sedikitnya lima kejadian bencana baru dilaporkan dari berbagai daerah, sebagian besar dipicu oleh hujan berintensitas tinggi disertai angin kencang.

Bencana pertama tercatat di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, pada Jumat (17/10). Hujan deras yang berlangsung lama disertai hembusan angin kencang menerjang permukiman di Kelurahan Kepil, Kecamatan Kepil.

Sebanyak 23 Kepala Keluarga (KK) terdampak, satu orang mengalami luka ringan, dan puluhan rumah mengalami kerusakan. Berdasarkan hasil kaji cepat BPBD Jawa Tengah, lima rumah rusak berat, 18 rumah rusak ringan, serta empat fasilitas pendidikan turut terdampak.

“Tim kami masih bekerja di lapangan untuk memperbaiki akses jalan dan membersihkan material pohon tumbang,” ujar salah satu petugas BPBD Wonosobo.

Sementara itu, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, juga tidak luput dari terjangan cuaca ekstrem. Angin kencang pada Jumat sore (17/10) menghantam empat desa di tiga kecamatan dan berdampak pada 32 KK. Sejumlah rumah dan fasilitas umum rusak, sementara beberapa ruas jalan sempat tertutup pohon tumbang.

BPBD Blitar telah menurunkan tim sesaat setelah kejadian dan berhasil menormalkan akses jalan pada keesokan harinya.

Di wilayah barat Indonesia, Aceh Barat mengalami kondisi serupa. Hujan deras disertai angin kencang mengguyur delapan gampong di dua kecamatan pada Jumat petang.

Sedikitnya 376 jiwa atau 113 KK terdampak akibat peristiwa ini. “Tidak ada korban jiwa, namun sebagian warga harus dievakuasi karena tiang listrik roboh dan genangan air meningkat,” jelas laporan BPBD setempat. Dapur umum telah didirikan di dua titik untuk membantu warga terdampak.

Kejadian cuaca ekstrem juga dilaporkan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, tepatnya di Desa Serangkat, Kecamatan Ledo. Sepuluh KK terdampak, dengan kerusakan meliputi rumah warga, fasilitas pendidikan, dan kantor desa. BPBD Bengkayang kini melakukan pemetaan wilayah rawan dan sosialisasi kesiapsiagaan bagi warga.

Tak hanya angin kencang, bencana kekeringan juga masih dirasakan di beberapa wilayah, salah satunya Desa Kalibarumanis, Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi. Sedikitnya 80 KK atau 300 jiwa mengalami kesulitan air bersih.

Menanggapi hal ini, tim gabungan menyalurkan 1.200 liter air bersih serta 10 jeriken bantuan untuk warga terdampak, sekaligus mencari sumber air baru yang dapat dimanfaatkan jangka panjang.

Menyoroti kondisi ini, BNPB mengingatkan seluruh pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi anomali cuaca.

“Fenomena angin kencang, banjir, dan kekeringan masih berpotensi terjadi di berbagai daerah. Kami mendorong daerah untuk memastikan sistem peringatan dini berfungsi dan sarana penanggulangan bencana siap digunakan,” kata perwakilan BNPB dalam keterangan tertulisnya.

BNPB juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, terutama saat beraktivitas di luar ruangan. Informasi resmi terkait prakiraan cuaca disarankan untuk selalu dipantau melalui kanal BMKG dan pemerintah daerah setempat.