Lestarikan Warisan Leluhur, Ibu Tari Racik Jamu "Bregass" untuk Kesehatan Masyarakat

Reis Jidan NS | Selasa, 24 Desember 2024 - 11:33 WIB


Di tengah gempuran obat-obatan modern, warisan leluhur berupa jamu tradisional tetap eksis dan dilestarikan. Salah satunya di Desa Gadungsari, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Ibu Tari (foto ; Reis Jidan NS)

Jakarta - Nama Ibu Sutarini, atau yang akrab disapa Ibu Tari, sebagai peracik jamu di kawasan Gunungkidul sudah sangat popular. Ibu paruh baya ini meracik jamu tradisional dengan merek "Bregass". Rempah-rempah seperti kunyit, jahe, temulawak, dan sereh, yang kaya akan senyawa antiinflamasi, antioksidan, dan antibakteri, menjadi bahan utama dalam pembuatan jamu "Bregass". 

Pemanfaatan rempah-rempah ini diyakini dapat meningkatkan daya tahan tubuh, mengurangi peradangan, meredakan nyeri, dan melancarkan pencernaan. Lebih dari sekadar minuman kesehatan, jamu "Bregass" juga menjadi bagian dari upaya pelestarian budaya tradisional.

Perempuan kelahiran Gunungkidul, 4 April 1964 ini, telah menekuni usaha jamu secara turun temurun dari neneknya. Lulusan Sekolah BOPKRI (Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia) ini memulai usahanya dengan berjualan jamu keliling menggunakan sepeda onthel, menjajakan dagangannya dari Pasar Semanu, Wonosari, hingga Playen. 

Kini, berkat perkembangan teknologi, pemasaran jamu "Bregass" telah menjangkau berbagai daerah, bahkan hingga Jawa Timur, Jakarta, dan Kalimantan. "Allah menciptakan manusia dengan alam tempat tinggalnya sudah dilengkapi untuk kesembuhan," ujar Ibu Tari. 

Ia meyakini, bahwa tanaman-tanaman di sekitar rumah yang sering dianggap sebagai rumput liar memiliki khasiat luar biasa untuk kesehatan. Keyakinan inilah yang mendorongnya untuk terus melestarikan tradisi meracik jamu.

Pekarangan dan lahan di sekitar rumahnya dimanfaatkan Ibu Tari untuk menanam sendiri rempah-rempah yang dibutuhkan. Hal ini memudahkan akses bahan baku dan menekan biaya produksi. Seluruh proses pengelolaan rempah hingga menjadi jamu dilakukan sendiri oleh Ibu Tari, memastikan kualitas dan keaslian produknya.

Meskipun dihadapkan dengan pandangan sebagian masyarakat yang menganggap jamu sebagai minuman kuno dan ketinggalan zaman, Ibu Tari tetap teguh pada pendiriannya. Ia ingin membuktikan bahwa jamu tradisional tetap relevan dan bermanfaat bagi kesehatan.

Pengalaman paling membanggakan bagi Ibu Tari adalah ketika ia berhasil membantu menyembuhkan orang lain melalui jamunya. Namun, ia juga pernah mengalami kekecewaan ketika ada pihak yang ingin membantunya menjual jamu, tetapi tidak menyetorkan hasil penjualannya.  Meski demikian, pengalaman pahit tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk terus melestarikan warisan keluarga.

Kisah Ibu Tari dan jamu "Bregass" merupakan contoh nyata bagaimana tradisi dan kearifan lokal dapat terus hidup dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Di tengah modernisasi, sosok seperti Ibu Tari menjadi penjaga warisan leluhur yang patut diapresiasi dan didukung.