Jakarta - PT Djakarta Lloyd (Persero) yang bergerak di bidang pelayaran angkutan barang tengah melakukan transformasi digital yang kreatif dan terintegrasi. Proses bisnis yang selama ini kental dengan aktifitas offline dipelabuhan, kini diberi sentuhan teknologi digital.
“Digitalisasi bisnis kami terapkan di berbagai macam aspek, mulai dari pengelolaan keuangan, pemasaran, pengelolaan sumber daya, dan operasional bisnis. Kami ingin mengintegrasikan semua ini,” kata Direktur Utama Djakarta Lloyd Sutoyo kepada FIVE dalam keterangan tertulisnya,Kamis (22/10/2020).
Salah satu aspek yang menggunakan teknologi digital, kata Sutoyo yakni sistem keuangan yang terintegrasi antardivisi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan serta keterbukaan informasi keuangan perusahaan.
Perusahaan juga membenahi sistem sumber daya manusia (SDM) yang terintegrasi. Termasuk implementasi sistem operasional kapal berupa Seafarers with Designated Security Duties (SDSD) untuk memonitor keadaan armada kapal yang dijalankan oleh divisi operasional dari kantor pusat.
Dalam operasional kapal milik Djakarta Lloyd, kata dia, perusahaan menggunakan Maritime Fleet Management System (MAMS). yang merupakan sistem berbasis web yang dirancang untuk meningkatkan penjadwalan pemeliharaan terencana kapal, pelaporan, dan pengendalian biaya.
Hal ini kata Suyoto, untuk mendukung inventaris untuk perbaikan dan penggantian, mengurangi risiko kecelakaan dengan pemeliharaan preventif rutin. Ini juga membantu perusahaan memenuhi standar tepat yang ditetapkan pada berbagai parameter untuk kesehatan kapal yang ditetapkan oleh badan klasifikasi.
Suyoto menambahkan, digitalisasi yang terintegrasi membuat analisis data menjadi lebih mudah dan cepat. Selain itu, pendokumentasian data menjadi lebih baik. “Proses analisis data dan kejadian yang cepat dari mana dan kapan saja membantu perusahaan mengambil keputusan dengan cepat. Muaranya adalah untuk kepuasaan konsumen,” tambahnya.
Selain itu, Djakarta Lloyd juga telah mengembangkan sistem e-procurement dan aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP). Semua inovasi ini terus diukur keberhasilannya. Misalnya, customer advocacy yang menjadi tolok ukur keberhasilan proyek digitalisasi ini.
Melalui advokasi konsumen, perusahaan mendapatkan gambaran mengenai peningkatan atau penurunan layanan kepada pelanggan itu sendiri. Perusahaan juga mengukur tingkat kapitalisasi data dan operasi bisnis. Kapitalisasi data memberikan gambaran serta analisis untuk memetakan kebutuhan pasar dan menentukan kebijakan perusahaan.
“Harapannya, inovasi ini memberikan manfaat positif terhadap perusahaan dan memudahkan konsumen dalam menjalankan kerja sama bisnis dengan kami,” tutup Suyoto.