Selain Covid-19 Tertinggi di ASEAN, Ternyata Indikator Kesehatan Lain Juga Jeblok

Marhadi | Jumat, 19 Juni 2020 - 14:17 WIB


Indonesia menjadi negara dengan kasus infeksi virus corona dan angka kematian akibat corona tertinggi di Asia Tenggara.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Kurniasih Mufidayati (Ist)

Jakarta  - Indonesia menjadi negara dengan kasus infeksi virus corona dan angka kematian akibat corona tertinggi di Asia Tenggara.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 pada Rabu (17/6) melansir, Indonesia memiliki 41.431 orang positif Covid-19 dengan 2.276 meninggal dan 16.243 sembuh.

Angka ini menyalip kasus di Singapura dengan 41.216 positif Covid-19 dan 26 meninggal dunia. Filipina berada di urutan tiga dengan 26.781 kasus positif dan 1.103 orang meninggal dunia.

Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati mengingatkan agar Pemerintah dan Gugus Tugas memperhatikan secara serius penanganan Covid-19 yang masih jauh dari kata selesai.

Terlebih, ujar Mufida, saat ini narasi yang digaungkan adalah new normal dengan masyarakat kembali beraktivitas menggunakan protokol baru.

Politisi PKS ini mengingatkan bukan hanya angka Covid-19 yang tertinggi di Asia Tenggara, Indonesia juga jeblok dalam beberapa parameter kesehatan di dunia.

"Angka positif Covid-19 dan kematian akibat Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara harus jadi alarm bagi pemerintah dalam menyediakan layanan kesehatan yang lebih baik. Selain Covid-19, banyak parameter kesehatan yang mendudukkan peringkat Indonesia di posisi yang kurang baik," papar Mufida dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (19/6/2020).

Mufida mencontohkan, pada Hari Tuberkulosis Sedunia 2020 yang diperingati 24 Maret Indonesia adalah negara dengan penderita TBC ke-3 terbesar di dunia setelah India dan China. "Jumlah penderita TBC di Indonesia mencapai 845.000 jiwa. Sementara TBC adalah satu dari 10 penyebab utama kematian di seluruh dunia," ungkap dia.

Data lain soal indeks perkembangan anak yang dirilis WHO-UNICEF menunjukkan Indonesia berada di peringkat 117 dari 180 negara yang diteliti.

Mufida menyebut indeks ini mengukur kesehatan dan kesejahteraan anak berdasarkan sejumlah faktor yang meliputi pertumbuhan anak, tingkat kelangsungan hidup anak, tahun sekolah, tingkat kelahiran remaja, kematian ibu, prevalensi kekerasan, serta pertumbuhan dan gizi.

"Kita juga kalah jauh dari negara tetangga dengan Singapura peringkat 12, Malaysia 44, Vietnam 58, Thailad 64, Filipina 110 dan Kamboja 114 dunia," terang Anggota DPR dari Dapil Jakata Pusat, Jakarta Selatan dan Luar Negeri ini.

Mufida menyebut data dan fakta tersebut harus menjadi evaluasi pelayanan kesehatan secara menyeluruh oleh Pemerintah. Ia mengatakan, semua negara juga mengalami Pandemi dan permasalahan kesehatan yang juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Beberapa negara melaluinya dengan penanganan yang baik.

"Bukan hanya soal Covid-19, tapi posisi kita yang kurang baik dalam data-data kualitas kesehatan tersebut harus menjadi cermin. Kita tidak sendiri mengalami semua masalah kesehatan tersebut, tetapi banyak negara yang berhasil melalui dengan baik. Tidak perlu sungkan untuk belajar penanganan berbagai masalah kesehatan dari negara lain, termasuk negara tetangga," kata dia.

Mufida berharap, selain kasus Covid-19 semua permasalahan kesehatan di Indonesia tetap harus mendapat perhatian. "Tugas negara adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Pastikan kebijakan kesehatan dalam jalur yang tepat sehingga masyarakat bisa ikut mendukung. Kita wajib optimistis, tetapi pemerintah harus menunjukkan keseriusannya," papar Mufida mengakhiri.