Jakarta - Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi didampingi Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha Nyoman Suriadarma hadir memenuhi undangan rapat bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek di Jakarta pada Rabu (24/4/2024).
Agenda utama pertemuan tersebut yakni Pemaparan Hasil Kajian Dampak Cagar Budaya Pemasangan Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur oleh Badan Riset dan Inonvasi Nasional (BRIN), yang dipimpin langsung oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid.
Dirjen Bimas Buddha mengucapkan terima kasih kepada Kemendikbudristek yang telah menyediakan waktu serta memfasilitasi pertemuan dalam rangka menindaklanjuti atas diselenggarakannya Rakornas Percepatan Pengembangan 5 DPSP Semester II di pada Desember 2023.
Disampaikan oleh Supriyadi, Ditjen Bimas Buddha melakukan kerja sama dengan BRIN sesuai dengan apa yang diamanatkan oleh Rakornas Percepatan Pengembangan 5 DPSP Semester II sehingga menghasilkan sebuah kajian.
Hasil kajian ini, sambungnya, sudah diteruskan kepada Dirjen Kebudayaan, juga Kemenko PMK serta tembusan pihak-pihak terkait sebagai bagian tindak lanjut pemanfaatan Candi Borobudur.
Menanggapi dipaparkannya hasil kajian, Hilmar farid mengatakan bahwa kendati masih ditemukan adanya beberapa ketidaksamaan pandangan mengenai hasil kajian saat ini, penguatan argumentasi mengenai aspek benefit atau keuntungan dari sisi keagamaan atau spiritual terhadap pemasangan chattra sebelum nantinya keputusan diambil.
Menurutnya, hasil rapat tersebut perlu dituangkan dalam bentuk formal dan rinci sebagai landasan untuk dilaporkan ke Mendikbudristek dalam pengambilan keputusan, dan secara paralel dapat disiapkan langkah langkah studi teknis secara DED (Detail Engineering Design) atas chattra.
Senada dengan Hilmar, anggota tim pengkaji, Handaka Wijananda dan Hendrick Tanuwijaya turut menguatkan terkait pentingnya penguatan atau pendalaman dari segi benefit secara spiritual, yang tentunya diperkuat dengan beberapa referensi.
Diungkapkan oleh Hendrick, pemasangan chattra dari tinjauan Tripitaka salah satunya adalah sebagai upaya memenuhi harapan Buddha. Buddha meminta agar ketika manusia membangun stupa haruslah ditambahkan chattra.