Dirjen PHU Sampaikan Tiga Skema Pergerakan jemaah Haji

Fuad Rizky Syahputra | Selasa, 21 Mei 2024 - 12:24 WIB


Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama Hilman Latif menyatakan, untuk mengantisipasi kepadatan dan keterlambatan pergerakan jemaah haji, maka dirinya telah menyiapkan tiga skema.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama Hilman Latif. Dok: Five

Jakarta - Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Kementerian Agama Hilman Latif menyatakan, untuk mengantisipasi kepadatan dan keterlambatan pergerakan jemaah haji, maka dirinya telah menyiapkan tiga skema.

"Ada beberapa skema pilihan untuk mengurai kepadatan Muzdalifah dan Mina, antara lain skema pergerakan jemaah haji dari Arafah, Muzdalifah, dan Mina berbasis waktu dan maktab. Jadi mereka (jemaah) tidak berhenti di Muzdalifah," ujar Hilman saat rapat dengan Komisi VIII DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (20/5/2024).

"Skema yang sudah kami rumuskan adalah maktab 57-73 dengan jumlah jemaah haji 49.820, disiapkan untuk mengikuti pergerakan Arafah, Muzdalifah, Mina. Pemilihan maktab 57-73 karena lokasi tersebut berada di ujung area Mina sehingga tidak mengganggu pergerakan jemaah haji lainnya," sambungnya.

Ia juga menyampaikan untuk jemaah haji maktab 57-73, akan didorong dari Arafah langsung menuju Mina, mulai pukul 23 waktu Arab Saudi. Kemudian skema pergerakan jemaah haji yang sudah disetujui oleh pemerintah Arab Saudi, yakni berbasis waktu dan maktab.

selanjutnya pada skema pergerakan berbasis waktu, Kemenag mencoba merumuskannya sebagai skenario tambahan dan antisipasi jemaah yang didorong dari Arafah sebelum jam 23 waktu Arab Saudi akan Mabid di Muzdalifah.

"Nah nanti akan dihitung per bus itu membutuhkan waktu berapa menit sehingga nanti mulai jam 23 waktu Arab Saudi. Jemaah sisanya akan dikirim setelah itu, mereka tidak berhenti di Muzdalifah namun langsung menuju tenda Mina, tanpa mempertimbangkan maktab," ucap dia.

"Skema alternatif ini masih dikomunikasikan dengan pemerintah kerajaan Saudi Arabia, khususnya berbasis waktu," lanjutnya.

Selain itu, Kemenag juga menyiapkan skema ketiga, yakni skema tanazul, berupa jemaah dari Arafah segera kembali ke hotel di Mekkah. Namun, Hilman mengakui skema ini memiliki beberapa kelemahan.

"Ini kami masih terus menghitung, yaitu potensi penolakan jemaah karena tidak sesuai dengan manasik. Manasiknya memang mereka Mabid di Mina untuk melakukan jumrah," tuturnya.

"Kemudian pergerakan jemaah pada sore hari atau malam hari dari hotel menuju tempat jumrah untuk mabid dan melontar jumrah, mengingat di sekitar jamarah tidak boleh ada kerumunan orang yang berhenti," ucap Hilman.

Tak hanya itu, pada skema ketiga ini, tidak semua jemaah akan diberikan konsumsi dalam bentuk fresh meal.