Pembinaan Keluarga Bahagia, Dirjen Bimas Katolik Sampaikan Pesan Penting

Fuad Rizky Syahputra | Jumat, 28 Juni 2024 - 19:07 WIB


Besarnya tantangan yang dihadapi keluarga dan remaja Katolik dalam era globalisasi, industrialisasi, dan urbanisasi dewasa ini membawa dampak signifikan dalam kehidupan keluarga.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Dirjen Bimas Katolik Suparman, saat memberikan sambutan pada pembukaan kegiatan Pembinaan Keluarga Bahagia Regio Bali-Nusa Tenggara dan kegiatan Pembinaan Karakter Peserta Didik Sekolah Menengah Agama Katolik. Dok: Bimas Katolik

Jakarta - Besarnya tantangan yang dihadapi keluarga dan remaja Katolik dalam era globalisasi, industrialisasi, dan urbanisasi dewasa ini membawa dampak signifikan dalam kehidupan keluarga.

Dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada, kita semua memiliki peran dan tanggung jawab yang harus dijalankan bersama.

Keluarga, masyarakat, Gereja, dan Pemerintah harus bersinergi dalam upaya mewujudkan kehidupan keluarga yang harmonis dan bahagia, sekaligus menyiapkan sumber daya manusia yang unggul.

Pesan penting ini disampaikan Dirjen Bimas Katolik Suparman, saat memberikan sambutan pada pembukaan kegiatan Pembinaan Keluarga Bahagia Regio Bali-Nusa Tenggara dan kegiatan Pembinaan Karakter Peserta Didik Sekolah Menengah Agama Katolik di Denpasar, Selasa (25/06).

Lebih lanjut, Suparman menyampaikan banyaknya perubahan yang terjadi dewasa ini menyebabkan ada kecenderungan di kalangan anak muda untuk mencapai sesuatu secara cepat, secara online misalnya, termasuk kebahagiaan berkeluarga dan kesuksesan finansial.

“Tidak dapat kita pungkiri bahwa perubahan ini memberikan berbagai tantangan yang memengaruhi tata nilai dan norma dalam masyarakat kita," ungkap Suparman.

"Oleh karenanya, pendidikan karakter menjadi penting bagi orang muda Katolik," lanjutnya.

Keluarga, kata Suparman, adalah tempat pertama dan utama di mana nilai-nilai kehidupan diajarkan dan ditanamkan.

Sementara di sekolah, khususnya SMAK, peserta didik juga harus memiliki integritas yang tinggi, jujur, dan taat pada nilai-nilai kekatolikan sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkarakter unggul dan berkualitas.

"Karakter yang melekat pada diri seseorang sejak dini merupakan suatu hal yang membuatnya unik, khas, dan berbeda dengan orang lainnya,” tegasnya.

Suparman mengajak peserta yang mewakili anak muda dan keluarga Katolik untuk bersama-sama membangun masa depan yang cerah bagi umat Katolik, di mana nilai-nilai iman diteruskan dan dihayati oleh setiap generasi baik melalui keluarga maupun lembaga pendidikan keagamaan yang menghasilkan kader Katolik yang unggul dan berkualitas.

Tidak hanya unggul secara intelektual namun unggul secara karakter, demi mewujudkan kader-kader yang seratus persen Katolik dan seratus persen Indonesia.

Sebelum menutup sambutannya, Suparman mengingatkan pentingnya bekerja secara integral menuju bonum commune, menuju kesejahteraan sosial seperti tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Pembukaan kegiatan ini dihadiri Uskup Keuskupan Denpasar Mgr. Silvester San, Direktur Urusan Agama Katolik, Direktur Pendidikan Katolik, Pembimas Katolik Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali.