Menag Sebut Indonesia Menjadi Contoh Best Practice Membangun Dialog Agama dan Peradaban

Fuad Rizky Syahputra | Kamis, 11 Juli 2024 - 20:13 WIB


Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu contoh terbaik dalam membangun dialog agama dan peradaban.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Menag Yaqut Cholil Qoumas (Kiri), Syekh Al-Azhar (Tengah), Prof. Ahmed Al Tayeb (Kanan). Dok: Kemenag

Jakarta - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu contoh terbaik dalam membangun dialog agama dan peradaban.

Hal ini disampaikan Menag saat memberikan sambutan pada Penyambutan Antar-Iman dan Antar-Peradaban bagi Kunjungan Imam Besar Al Azhar di Indonesia.

Acara ini digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bekerja sama dengan Kementerian Agama di Jakarta, Rabu (10/7/2024).

Hadir Grand Syekh Al-Azhar yang juga Ketua Majelis Hukama Muslimin (MHM), Imam Akbar Ahmed Al Tayeb, Rois 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Wakil Rais 'Aam KH Afifuddin Muhajir, Katib 'Aam KH Ahmad Said Asrori, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU KH Saifullah Yusuf, para tokoh Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan aliran kepercayaan. Hadir juga, ribuan Nahdliyyin dan umat dari berbagai agama.

"Indonesia adalah salah satu contoh best practice dalam membangun dialog antaragama dan peradaban," tegas Menag saat memberikan sambutan.

Gus Men, sapaan akrab Menag, mengawali sambutannya dengan menyampaikan salam enam agama. Menurut Gus Men, salam itu bagian dari cara Indonesia merawat kerukunan.

"Di tengah keragaman agama (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu), aliran kepercayaan, suku, ras dan golongan, bangsa ini dapat hidup berdampingan, penuh harmoni," sambungnya.

Gus Men mengatakan, dunia saat ini tidak dalam keadaan baik-baik saja. Konflik antarnegara, konflik antaragama, bahkan intra agama masih kerap terjadi.

Di antara sebab konflik tersebut adalah tidak adanya kesalingan antarkomponen; tidak saling memahami, tidak saling mengerti, dan tidak saling mencintai.

Salah satu cara terbaik untuk mencegah konflik tersebut, kata Menag, adalah dengan membangun dialog antaragama dan dialog antarperadaban. Tentu yang didialogkan adalah persoalan-persoalan kemanusiaan dan peradaban.

Isu-isu universal seperti keadilan, kesetaraan, perdamaian, ekologi, dan keberlangsungan bumi menjadi kalimatun sawa’ yang dapat mempertemukan berbagai komponen masyarakat, pengikut agama dan bangsa," paparnya.

"Perdamaian, keselamatan, dan cinta adalah inti ajaran agama-agama. Dalam Islam, Nabi Muhammad menekankan pentingnya ifsyā’ as-salām (menebar salam perdamaian). Dalam Kristen dikenal ajaran cinta kasih. Dalam Hindu diajarkan konsep Tri Kaya Parisudha, Tri Hita Karana, dan Catur Paramita. Dalam Buddha dikenal konsep Dhamma yang mengajarkan tentang keselamatan dalam kebenaran universal. Dan dalam Konghuchu diajarkan 4 Watak Sejati yang harus dibina oleh setiap umat manusia, salah satunya adalah Ren yang berati cinta kasih," sebut Menag.

"Ajaran luhur agama-agama seperti ini mari kita jadikan sebagai nilai sekaligus spirit untuk berdialog antarsesama, sehingga cita-cita kita semua untuk mewujudkan perdamaian dunia bisa terwujud," sambungnya.