Imbas Pandemi, Taksi Gamya Pangkas Armada

ardy | Senin, 27 Juli 2020 - 13:26 WIB

Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Mientarsih A Latif saat di wawancarai FIVE

Jakarta - Pandemi Covid-19 membawa dampak negatif terhadap semua sektor bisnis tak terkecuali perusahaan penyedia layanan transportasi PT Gamya Taksi. Akibatnya efisiensi operasional diberlakukan untuk menyelamatkan keuangan perusahaan.

“Usaha bisnis taksi sangat jelas terkena imbas pandemi Covid-19. Hal Itu tidak terlepas dari turunnya permintaan layanan dari penumpang,” kata Dirut Taksi Gamya, Mientarsih A Latif kepada Five belum lama ini.   

Turunnya permintaan ini lanjut Mientarsih, sejak merebaknya Covid-19 di Indonesia. Ini membuat pendapatan perusahaan taksi Gamya terus menurun setiap bulannya. Akibat menurunnya pendapatan, Gamya terpaksa melakukan pemangkasan jumlah armada.

Saat ini, kata Mientarsih hanya ada 100 armada taksi Gamya yang beroperasi di wilayah Jabodetabek. Langkah tersebut dilakukan guna untuk mengurangi biaya operasional taksi Gamya. 

“Mengoperasikan armada taksi kan perlu bensin. Apalagi harga BBM di Indonesia tidak turun. Padahal harga minyak dunia turun terkena dampak pandemi. Solusinya kita ambil dengan mengurangi jumlah taksi yang beroperasi,”ujarnya.

Mientarsih menjelaskan, minimnya permintaan penumpang itu bisa di lihat dari sepinya Bandara. Penumpang untuk menaiki taksi sangat sedikit, bisa dikatakan hampir tidak ada. Kalaupun ada juga di perebutkan oleh banyak taksi. Selain itu, sekolah-sekolah juga masih di liburkan. 

Karena itu, prinsipnya untuk sektor transportasi, kata Mientarsih, selama kondisi masih pandemi. Perusahan taksi tidak akan untung, lebih cenderung ke arah rugi. Namun kalaupun perusahan ini ditutup karena rugi, itu bukan solusi terbaik. 

Justru penutupan tersebut bisa membuat perusahan menderita kerugian lebih besar. Untuk itu, Gamya berusaha mencoba bertahan selama pandemi ini dan tentunya berharap pandemi selesai secepatnya, agar keadaan ekonomi Indonesia bisa membaik. 

“Kita tidak bisa memprediksi pandemi ini selesainya kapan, bisa sebulan lagi, atau sampai akhir tahun. Namun kalau hingga akhir tahun masih belum ada perubahan. Kesulitan ekonomi bisa tambah parah ,”pungkas Mientarsih.