Sri Haryati Sebut Rumah Subsidi 18M² Lebih Baik Dibandingkan Indekos

Fuad Rizky Syahputra | Minggu, 22 Juni 2025 - 15:48 WIB


Kalau ngekos terus, dia tidak akan ada aset. Tapi kalau dia sudah bisa lebih produktif dengan mencicil untuk memiliki rumah, tentu dia akan punya aset. Kebanyakan mereka juga beragam, beberapa yang baru berumah tangga, jadi betul-betul cocok.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Direktur Jenderal Perumahan Perkotaan, Kementerian PKP, Sri Haryati. Dok: istimewa.

Jakarta - Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) terus mengajak sejumlah komunitas untuk melihat dan memberikan masukan terhadap rumah subsidi dengan ukuran 18 meter persegi (m²) di kawasan perkotaan. Para generasi muda disebut cukup antusias dapat memiliki rumah dengan ukuran minimalis, alih-alih cuma sewa atau indekos.

Direktur Jenderal Perumahan Perkotaan Sri Haryati mengatakan, pihaknya terus mengajak sejumlah komunitas pemuda untuk ikut melihat desain rumah minimalis milik Lippo Group di Jakarta Selatan. Para pemuda juga diminta berpartisipasi dalam memberikan masukan untuk rumah subsidi ukuran 18 m².

“Jadi tujuan kami mengundang teman-teman muda tersebut untuk mendapat tanggapan dan masukan dari mereka,” kata Sri Haryati kepada wartawan, Kamis (19/7/2025).

Selain untuk melihat desain rumah, Kementerian PKP sekaligus melangsungkan sosialisasi terkait dengan program 3 juta yang sudah berjalan sekarang kepada para anak muda. Sri menyebut langkah itu disambut baik bahkan langsung menanyakan lokasi rumah subsidi 18 m² akan dibangun.

Para generasi muda dan keluarga muda dapat membandingkan langkah mengambil rumah subsidi dengan indekos dengan sewa di atas Rp 1 juta di kawasan perkotaan. Dengan pilihan itu, Sri juga menuturkan bahwa para pemuda menyambut baik dan tertarik dengan rencana pemerintah tersebut.

“Kalau ngekos terus, dia tidak akan ada aset. Tapi kalau dia sudah bisa lebih produktif dengan mencicil untuk memiliki rumah, tentu dia akan punya aset. Kebanyakan mereka juga beragam, beberapa yang baru berumah tangga, jadi betul-betul cocok,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait mengakui adanya resistensi dan pesimisme terhadap rencana pemerintah untuk mengurangi luas lahan perumahan subsidi. Padahal, rumah subsidi m² dicanangkan sebagai opsi tambahan kepada masyarakat demi mendorong pembangunan rumah terjangkau di kawasan perkotaan.

“Pasti ada resistensi, pasti ada kritik. Itu pasti ada. Semua ada. Pesimisme juga biasa,” ujar Maruarar.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa suara pesimis bukan satu-satunya narasi yang berkembang. Maruarar, yang akrab disapa Ara, juga mendengar langsung aspirasi anak-anak muda yang sangat menginginkan hunian dengan harga terjangkau di lokasi strategis.

“Banyak juga yang suka, kan? Jadi kita juga harus fair melihatnya. Kita sedang berupaya melakukan suatu terobosan,” tegasnya.

Ara menyoroti kenyataan bahwa harga tanah di perkotaan sudah sangat mahal, sehingga pembangunan rumah tapak kian sulit dijangkau oleh kalangan muda. Oleh karena itu, ia mendorong solusi alternatif melalui pembangunan rumah susun yang memiliki desain menarik, ukuran yang efisien, namun tetap berada di lokasi yang strategis.

“Tanah di kota itu mahal. Tapi lokasi itu penting banget buat anak muda. Karena itu saya pikirkan bagaimana membangun rumah susun untuk anak-anak muda. Ukurannya mungkin tidak perlu besar, tapi desainnya menarik dan lokasinya strategis, supaya lebih terjangkau,” tandas Ara.