Jakarta - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka mengunggah momen makan siang bersama Wakil Ketua DPR RI sekaligus Ketua Harian Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad. Unggahan itu dinilai menyelipkan sebuah pesan ke publik.
Dalam unggahan itu, terlihat Gibran dan Dasco berada dalam satu meja makan. Keduanya terlihat duduk santai saling berhadapan dan menciptakan kesan percakapan yang cair dan akrab .
Gibran, sebagai representasi Pemerintah terlihat mengenakan kemeja putih dengan celana berwarna krem. Sedangkan Dasco memakai kemeja batik hitam.
Peneliti Indikator Politik, Bawono Kumoro, menyoroti latar belakang kedua tokoh yang berasal dari dua pilar kekuasaan negara yang berbeda. Pertemuan ini, menurutnya, adalah simbolisme yang kuat.
"Gibran adalah Wakil Presiden notabene merupakan unsur eksekutif, sedangkan Dasco merupakan salah satu pimpinan DPR RI," kata Bawono kepada wartawan, Selasa (12/8).
Menurut Bawono, dengan latar belakang tersebut, pesan yang ingin disampaikan dari pertemuan di atas meja makan itu menjadi sangat jelas.
Gibran dan Dasco secara sadar hendak menunjukkan kepada publik bahwa relasi antara pemerintah (Eksekutif) dan parlemen (Legislatif) berada dalam kondisi yang harmonis dan kokoh.
Pesan ini krusial untuk menjaga stabilitas politik dan kepercayaan publik terhadap jalannya pemerintahan.
"Jadi pertemuan makan siang bersama itu mengirimkan pesan atau menjadi simbol dari penanda hubungan eksekutif dan legislatif saat ini berada dalam kondisi sangat baik dan solid," kata Bawono.
Lebih jauh, Bawono menganalisis waktu pertemuan ini bukanlah kebetulan.
Momen ini hadir di tengah munculnya beberapa dinamika politik, termasuk adanya aspirasi dari sekelompok purnawirawan yang secara terbuka menginginkan adanya proses pemberhentian atau pemakzulan terhadap Gibran dari jabatannya sebagai Wakil Presiden.
Isu ini, meskipun belum bergulir menjadi gerakan politik masif di parlemen, telah menciptakan kebisingan di ruang publik.
Pertemuan Gibran dengan Dasco, yang merupakan figur sentral di DPR dan orang kepercayaan Presiden Prabowo Subianto, dapat dibaca sebagai respons langsung terhadap isu tersebut.
Ini adalah cara non-verbal untuk menegaskan bahwa wacana pemakzulan tidak memiliki daya gedor politik yang signifikan karena soliditas antara Pemerintah dan DPR, khususnya dengan partai penguasa, tidak terganggu.
"Keinginan dari sejumlah pihak seperti purnawirawan agar terjadi proses politik untuk melakukan pemakzulan terhadap Gibran tidak mengganggu soliditas antara Eksekutif dan Legislatif serta juga tidak mengganggu komunikasi politik antara kedua lembaga itu," kata Bawono.