Takziah Menag di Rumah Abay: Air Mata, Doa, dan Pesan Perdamaian

Redaksi | Senin, 01 September 2025 - 11:40 WIB


Saya secara pribadi dan sekaligus mewakili Presiden Prabowo menyampaikan rasa duka cita yang mendalam kepada keluarga almarhum. Presiden menitipkan salam duka dan doa agar keluarga tabah menghadapi musibah ini.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Menteri Agama Nasaruddin Umar mengunjungi rumah duka korban wafat kebakaran gedung DPRD Kota Makassar. Dok: Kemenag.

Jakarta - Suasana duka masih menyelimuti rumah sederhana keluarga Muh. Akbar Basri, atau yang akrab disapa Abay, staf Humas DPRD Makassar yang wafat dalam tragedi kebakaran gedung parlemen daerah saat unjuk rasa beberapa hari lalu.

Di tengah isak tangis keluarga, hadir Menteri Agama Nasaruddin Umar membawa pesan doa, pelukan penghiburan, dan salam belasungkawa dari Presiden Prabowo Subianto.

“Saya secara pribadi dan sekaligus mewakili Presiden Prabowo menyampaikan rasa duka cita yang mendalam kepada keluarga almarhum. Presiden menitipkan salam duka dan doa agar keluarga tabah menghadapi musibah ini,” ucap Menag dengan suara teduh, Minggu (31/8/2025).

Nasaruddin Umar kemudian memanjatkan doa agar almarhum diterima dalam husnul khatimah. “Insya Allah, mudah-mudahan Allah SWT menjemput kita semuanya dalam keadaan terbaik. Semoga almarhum mendapat tempat mulia di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kesabaran serta kekuatan,” doanya.

Dalam renungannya, ia berharap tragedi ini tidak hanya menjadi kabar pilu, tetapi juga cermin bagi bangsa. “Mudah-mudahan kejadian seperti ini tidak terulang di masa depan. Mari kita jadikan peristiwa ini sebagai pelajaran untuk menambah kedewasaan kita dalam berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Menag juga mengingatkan, unjuk rasa adalah hak demokratis yang seharusnya dijalankan dengan damai. “Menyampaikan aspirasi adalah bagian dari demokrasi. Para pemuka agama mari kita ajak umat agar menyalurkan pendapat tanpa kekerasan. Jangan sampai kebebasan berubah menjadi luka,” tegasnya.

Usai bertakziah, langkah Menag berlanjut ke Rumah Sakit Grestelina. Di sana, tiga korban lain masih berjuang melawan luka. Dengan mata penuh empati, ia menyapa satu per satu, seraya menyerahkan bantuan sosial sebagai penopang di tengah duka.

Di Makassar sore itu, doa, air mata, dan pesan perdamaian berpadu menjadi pengingat: bahwa tragedi tidak seharusnya merenggut kemanusiaan, melainkan memperkokoh harapan untuk hidup yang lebih arif dan damai.