Direktur Utama Bank DKI, Fidri Arnaldy 

Bank DKI Menuju BPD Nomor Satu di Indonesia

Yapto Prahasta Kesuma | Selasa, 12 Juli 2022 - 16:58 WIB


Sebagai komandan disini (Bank DKI), sudah menjadi tugas saya untuk mengkomunikasikan visi dan misi Bank DKI kepada seluruh karyawan. Oleh sebab itu, sejak awal saya sudah susun konsep komunikasi yang jelas baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Direktur Utama Bank DKI, Fidri Arnaldy. (doc.five)

Jakarta - Tugas yang terbilang sangat menantang telah menanti Fidri Arnaldy sejak ditetapkan sebagai Direktur Utama Bank DKI dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Bank DKI pada 28 Juni 2021, yakni Bank DKI menjadi Bank Pembangunan Daerah (BPD) nomor satu di Indonesia.

Jadilah satu tahun pertama kiprahnya menakhodai bank kebanggaan warga Jakarta ini langsung dihadapkan dengan serangkaian jadwal padat. Tak ada waktu untuk sejenak berleha-leha, mantan Direktur Bisnis Retail BRI Syariah ini langsung tancap gas.

Hanya dalam waktu 11 bulan, hasil racikannya memoles kinerja Bank DKI terbilang sukses. Dirinya mampu mempersembahkan beragam penghargaan, termasuk menjadi satu-satunya BPD terbaik di dunia 2022 versi Majalah Forbes.

Seperti apa strategi yang dilakukan pria kelahiran Kota Padang ini dalam membenahi Bank DKI hingga berubah menjadi BPD kelas dunia? Berikut wawancaranya dengan FIVE di Kantor Pusat Bank DKI, Jakarta Pusat.

Saat ditunjuk memimpin Bank DKI, apa keinginan Gubernur DKI Jakarta terhadap keberadaan Bank DKI ?

Hal utama yang diamanahkan kepada saya adalah menjadikan Bank DKI sebagai BPD nomor satu di Indonesia. Saat ini, Bank DKI berada diurutan ke empat BPD Seluruh Indonesia. Untuk menjadi BPD nomor satu di Indonesia, tidak ada pilihan lain bagi Bank DKI selain melakukan transformasi.

Dalam mengembangkan bisnis di tahun 2022, Bank DKI telah menyusun sasaran dan strategi pengembangan usaha serta memformulasikan arah kebijakan strategis dengan tema utama “Menciptakan Akselerasi Pertumbuhan Berkualitas Dengan Transformasi” yang mengacu pada 6 (enam) aspek utama yakni; (1) Aspek Bisnis, (2) Aspek Support Pemprov, (3) Aspek SDM & IT, (4) Aspek Customer, (5) Aspek GRC (Governance Risk & Compliance), (6) Aspek Strategis, dengan berfokus pada kepada sumber daya manusia dan IT. Kalau ini semua sudah berjalan maka akan lebih mudah untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Bagaimana caranya ?

Sebagai komandan disini (Bank DKI), sudah menjadi tugas saya untuk mengkomunikasikan visi dan misi Bank DKI kepada seluruh karyawan. Oleh sebab itu, sejak awal saya sudah susun konsep komunikasi yang jelas baik secara langsung maupun tidak langsung.

Salah satu cara yang saya terapkan adalah melalui berbagai kegiatan bersifat engagement seperti Townhall Meeting, Business Meeting dan BigBang, tentunya dengan mengajak seluruh karyawan. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, saya menyampaikan bagaimana cara membangun etos kerja dan me-manage kerja yang baik sehingga memiliki output yang berkualitas. Tentunya saya tidak hanya mengajak, namun juga memberikan contoh kepada karyawan dengan menjadi Role Model baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam bekerja saya memiliki prinsip ”Work Life Balance” dan menjadi Sosok ”Family Man” yang artinya mengutamakan keluarga terutama Orangtua dan anak istri diatas apapun namun tentunya tetap memegang teguh sikap profesionalisme dan kejujuran dalam memenuhi tanggung jawab pekerjaan. Dengan begitu, saya meyakini berbagai aktivitas pekerjaan yang kita lakukan juga akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT, dan Alhamdulillah program transformasi yang sedang dilakukan perlahan namun pasti sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Dengan terus meningkatkan komunikasi dan koordinasi baik internal maupun eksternal, serta berbagai perbaikan yang dilakukan, saya yakin Bank DKI dapat bersaing dan menjadi kompetitor yang unggul di sektor perbankan secara nasional maupun global.

Tidak mudah mengubah kultur perusahaan apalagi Bapak terbiasa dengan pola kerja profesional berbasis kinerja di Bank BRI. Kemudian memimpin BPD yang lebih kental kultur birokrasinya. Bagaimana melakukannya ?

Secara kultur memang ada beberapa perbedaan dan ini menjadi tantangan baru bagi saya pribadi. Namun, saya memiliki prinsip bekerja secara profesional, kultur birokrasi, situasi politik dan sebagainya tentu akan kita temui dibidang pekerjaan apapun termasuk di Bank DKI. Namun tentunya menjaga kaidah komunikasi yang baik kepada Pemprov DKI, DPRD, BUMD dan seluruh stakeholder menjadi hal utama yang selalu kami jaga.

Bank DKI terus bersinergi dan berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem keuangan dan perbankan bersama BUMD sehingga dapat mewujudkan Jakarta Smart City melalui Smart Synergy & Collaboration BUMD. Sebelumnya, saya sekitar 31 tahun di Bank BRI dari kepala cabang sampai pimpinan wilayah, Alhamdulillah, saya selalu mendapatkan juara satu. Inilah yang menyebabkan saya selalu punya tagline “Berprestasi Itu Bangga dan Barokah”.

Berangkat dari BRI, kemudian saya diberi kepercayaan sebagai Direktur Bisnis Retail BRI Syariah yang merupakan entitas anak perusahaan BRI selama satu tahun delapan bulan. Alhamdulillah, selama periode tersebut, bisnis retail BRI Syariah mengalami peningkatan aset dari Rp37 triliun di tahun 2018 menjadi Rp58 triliun di tahun 2020. Pencapaian tersebut membuat BRIS bisa bergabung ke Buku 3 Perbankan Indonesia. Dengan pencapaian tersebut pula, BRIS menjadi Bank Syariah nomor dua setelah BSM, yang sebelumnya nomor empat dibawah BSM, BNI Syariah dan Muamalat.

Saat itu kami juga meluncurkan aplikasi i-Kurma atau Kemaslahatan Untuk Rakyat Madani, yakni aplikasi digital untuk memproses pembiayaan mikro. Sebelumnya, proses pengajuan pembiayaan mikro membutuhkan waktu kurang lebih selama sembilan hari. Dengan adanya i-Kurma, permohonan pengajuan pembiayaan mikro bisa selesai dalam satu hari ketika dokumen yang diperlukan sudah lengkap.

Tadi saya katakan tantangan baru lagi, karena saya pernah mengelola bank konvensional dan saya juga pernah di perbankan syariah, sekarang bagaimana cara mengolah BPD. Di dua bidang tadi, Alhamdulillah berubah.

Apa yang Bapak lakukan di Bank DKI ?

Apa yang saya lakukan di Bank DKI juga sama dengan yang saya lakukan di BRI konvensional dan BRI Syariah, dan harus lebih baik ya. Beberapa hal yang menjadi concern saya adalah melakukan pengembangan kompetensi manusia berbasis kinerja, sistem managerial, simplifikasi proses bisnis degan tetap memerhatikan prinsip prudential banking, membangun komunikasi dua arah yang baik serta membuat rencana kerja jangka pendek dan jangka panjang, eksekusi nyata di lapangan, monitoring dan evaluasi yang jelas.

Selain itu, program transformasi digital juga secara bertahap terus kita lakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabah yang menjadi prioritas kami sebagai cerminan dari salah satu budaya kerja Bank DKI yakni Customer Focus.

HUT DKI Jakarta Ke-495, Momentum Transformasi Digital Bank DKI ?

HUT DKI Jakarta ke-495 kemarin juga menjadi momentum Bank DKI untuk melakukan transformasi digital melalui pengembangan aplikasi New JakOne Mobile dan Digital Lending. Dengan aplikasi JakOne Mobile, Bank DKI menghadirkan solusi perbankan digital bagi nasabah pengguna untuk menciptakan pengalaman bertransaksi yang lebih personal, mobile dan handal mulai dari bayar bermacam tagihan dan belanja online, transaksi Scan by QRIS, top up uang elektronik, bersedekah/berdonasi, pembukaan deposito hingga pembukaan rekening tabungan secara online dimana saja dan kapan saja, dengan tetap memperhatikan prinsip prudential banking melalui fitur e-KYC.

Sebagai Bank yang memberikan perhatian penuh dalam pengembangan UMKM, Bank DKI juga melakukan pengembangan aplikasi Digital Lending sebagai solusi dalam menghadirkan akses permodalan bagi para pelaku usaha. Aplikasi Digital Lending Bank DKI memang dikembangkan agar para pelaku UMKM dapat memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam mengembangkan usahanya, tentu ini hal baik bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi khususnya di DKI Jakarta.

Apakah dengan begitu bisa membawa Bank DKI menjadi BPD nomor satu ?

Bank DKI saat ini berada pada posisi nomor empat BPD Seluruh Indonesia dengan dengan total aset pada kuartal I 2022 sebesar Rp 71,1 Triliun. Bagaimana kemudian Bank DKI mengukur perbandingan kinerja dengan BPD lain adalah melalui tujuh indikator rasio keuangan yakni CAR (Capital Adequacy Ratio), ROA (Return On Assets), ROE (Return on Equity),  LDR (Loan to Deposits Ratio), BOPO (Belanja Operasional terhadap Pendapatan Operasional), Net Interest Margin (NIM) dan Giro Wajib Minimum (GWM).

Kemudian, Bank DKI juga menilai kelemahan dibandingkan tiga kompetitor di atas berdasarkan tujuh indikator tersebut, jangan-jangan Bank DKI sudah di atas mereka semua. Kok tiba-tiba Bank DKI masuk Majalah Forbes sebagai salah satu bank terbaik di dunia. Artinya, Bank DKI menjadi satu-satunya BPD di Indonesia yang masuk World’s Best Banks 2022.

Berarti Bank DKI posisinya nomor satu dalam jajaran BPD se-Indonesia ?

Saya tidak bisa menjawabnya dengan pasti, meski masuk dalam World’s Best Banks 2022. Saya hanya bisa menjawab Alhamdulillah kinerja saya selama satu tahun memimpin Bank DKI ternyata membuahkan hasil. Saya datang tidak sekedar membawa lembaran curriculum vitae, tapi hasil kerja yang nyata.

Saya masuk Bank DKI pada bulan Juni 2021 dengan total aset sebesar Rp56 triliun, sementara posisi aset per Desember 2021 sudah menembus Rp70 triliun. Padahal berdasarkan Rencana Bisnis Bank (RBB) yang ditetapkan Bank DKI, aset sebesar Rp70 triliun ditargetkan tercapai di tahun 2022. Bank DKI menargetkan pada Desember 2022, total aset bisa mencapai Rp75 triliun.

Pada Juli nanti, Bank DKI akan meluncurkan aplikasi mirip i-Kurma yang saya buat di BRIS. Dengan aplikasi tersebut, maka proses pengambilan keputusan terhadap permohonan pembiayaan mikro bisa berjalan lebih cepat. Kalau syaratnya lengkap, maka para pimpinan cabang bisa langsung eksekusi, meski sedang tidak berada di kantor.

Untuk mencapai target Rp100 triliun, tentu kita wajib mewujudkannya. Hitungan saya, setelah tranformasi digital dan transformasi SDM siap, target tersebut akan lebih mudah diraih.