Pemerintah Kaji Potensi Kelapa Reject sebagai Bahan Bakar

Kiki Apriansyah | Rabu, 06 Maret 2024 - 19:11 WIB

Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Bidang Perekonomian, Dida Gardera saat ditemui usai dalam diskusi Rembuk Nasional Transisi Energi di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu, (6/3/2024). Dok: Kiki Apriansyah/FIVE

Jakarta- Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Bidang Perekonomian, Dida Gardera mengatakan pemerintah sedang mengkaji potensi pemanfaatan buah kelapa reject sebagai sumber bahan bakar nabati.

“Komoditas gagal tersebut dinilai berpotensi dibuat menjadi bahan bakar pesawat terbang atau bioavtur. Yang tidak kalah penting kelapa juga bisa jadi bioavtur, ini prospeknya sangat besar," kata Dida Gardera saat ditemui usai dalam diskusi Rembuk Nasional Transisi Energi di kantornya, Jakarta Pusat, Rabu, (6/3/2024).

Dida menyebut kelapa yang bisa dipakai untuk membuat bioavtur justru kelapa yang tidak memenuhi kualifikasi untuk konsumsi alias kelapa reject.

"Justru kelapa ini dari kelapa yang reject. Malah selama ini itu kita buang aja," kata dia.

Dida memperkirakan pasokan kelapa tak layak konsumsi itu cukup banyak di Indonesia. Dengan demikian penggunaan kelapa untuk BBM ini dinilai tidak akan mengganggu pasokan pangan.

"Jadi di setiap pohon kelapa itu 20-30% pasti kelapanya nggak layak dikonsumsi, itu justru yang bisa digunakan. Jadi banyak sekali potensi-potensi ini semua kan ada di kebun kita, ada di belakang rumah kita, tapi kita belum mengoptimalkannya. Ini peluang untuk inovasi yang harus kita dorong," ucapnya.

Sayangnya Dida belum menjelaskan sudah sejauh mana penelitian yang dilakukan pihaknya terkait potensi penggunaan kelapa reject untuk bahan bakar pesawat.

Dia hanya mengatakan pemerintah terus menggali seluruh potensi yang ada guna melakukan transisi ke sumber energi yang ramah lingkungan dan kemandirian energi.

Selain itu, upaya ini juga merupakan bagian dari hilirisasi yang didorong Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pasalnya selama ini kelapa hanya diekspor dalam bentuk mentah.

"Kelapa selama ini kita ekspor dalam bentuk bulat aja, sama kayak mineral. Jadi sebaiknya kita olah dalam negeri sesuai arahan Bapak Presiden, hilirisasi tidak hanya di sektor mineral," imbuhnya.

Editor: Agung Nugroho