Jakarta - Korban kejadian luar biasa (KLB) keracunan massal akibat menu MBG di Kota Bogor, Jawa Barat, bertambah. Data terbaru mencatat jumlah korban yang merupakan siswa-siswi TK hingga SMA sebanyak 223 orang hingga hari ini. Data tersebut berdasarkan penyelidikan epidemiologi hingga Senin (12/5). Penyelidikan dilakukan terhadap 13 sekolah.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkap hasil uji lab dari menu MBG yang menjadi penyebab keracunan ratusan siswa di Kota Bogor.
Dadan menjelaskan bahwa berdasarkan hasil uji lab tersebut menunjukan adanya kontaminasi bakteri Salmonella dan E.coli pada air yang dikonsumsi siswa, serta di bahan baku menu MBG, yaitu telur dan sayuran.
"Kami sudah cek bahwa penyebabnya ini sudah keluar dari lab, bahwa ada istilahnya kontaminasi salmonella dan E.coli dari bakteri itu ada di air, ada di bahan baku, di telur dan juga ada di sayuran," kata Dadan saat konferensi pers, Rabu, (14/5).
Dadan menyebut bahwa insiden keracunan menu MBG ini akan menjadi peringatan untuk segera memperbaiki tata kelola serta penyajian pada program MBG.
"Jadi ini peringatan buat sesuatu yang harus kita perbaiki dan saya prihatin dengan kejadian ini karena Badan Gizi kan sudah menargetkan untuk nol kejadian. Sementara untuk di Bosowa Bina Insani kita stop dulu, kita akan lakukan evaluasi mendasar," tuturnya.
Dadan juga mengungkapkan, insiden keracunan yang terjadi di Kota Bogor berbeda dengan tempat lainnya, ia menjelaskan ditempat lainnya yang mengalami insiden serupa, reaksi dari siswa yang mengalami keracunan akan langsung terlihat usai mengkonsumsi menu MBG, namun di Bogor reaksi baru terlihat setelah beberapa hari kemudian.
"Nah ini yang di Bogor ini agak slow reaksi, reaksi lambat. Jadi makannya hari Selasa, reaksinya baru diketahui hari Rabu dan peningkatan yang mengeluhnya justru terjadi di hari Kamis dan Jumat. Jadi ini sesuatu yang sangat berbeda sehingga pada hari Rabu, Kamis itu satuan pelayanan masih tetap berjalan," jelasnya.
"Jadi saya minta laporan setiap saat, tapi kemudian Dinkes akhirnya turun tangan dan melihat bahwa jumlah yang mengeluh itu semakin hari semakin besar dan sehingga Dinas Kesehatan Kota Bogor menetapkan KLB," ujarnya.
Selain itu BGN akan meningkatkan SOP (Standar Operating Procesure) pengolahan makanan. Dadan juga akan memerintahkan SPPG lebih selektif dalam pemilihan bahan baku, mempersingkat waktu pengolahan makanan dan mempersingkat pengiriman.
"Kemudian pada saat pengiriman pun kita akan perketat ya mekanismenya dan termasuk juga memperketat waktu antara pengiriman sampai di sekolah dengan waktu konsumsi, karena ada kejadian deliverynya tepat waktu, tapi karena ada kegiatan di sekolah, makannya agak terlambat sehingga makanan itu terlalu lama disimpan," katanya.
"Nah sekarang kita perketat, kemudian mungkin juga kita karena selama ini ada anak yang ingin bawa pulang ke rumah gitu ya. Nah ini mungkin kita sudah akan harus perketat supaya tidak terjadi karena masakan ini kan ada batas waktunya untuk dikonsumsi," jelasnya.