Harga Kebutuhan 2022 Melambung Tinggi, DPR RI Minta Kemendag Jalin Koordinasi

Redaksi | Kamis, 06 Januari 2022 - 17:47 WIB


DPR
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Wakil Ketua DPR RI Rachmad Gobel

Jakarta - Mengetahui kenaikan harga kebutuhan sehari-hari meningkat tajam pada Januari 2022, Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel menegaskan Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus segera bertindak untuk mengendalikan harga kebutuhan sehari-hari masyarakat. Tanpa adanya kendali pemerintah, ia khawatir perekonomian masyarakat Indonesia tidak bisa pulih dan bangkit dari pandemi Covid-19.

“Jangan dibiarkan harga terus melambung. Hidup rakyat kecil lagi susah. Tapi harga telur, minyak goreng, bawang, cabai, sayur, daging ayam, dan lain-lain malah naik melangit,” tegas Gobel, Rabu (5/1/2022).

Tidak hanya itu, politisi Partai NasDem itu menekankan Kemendag harus mampu menjalin koordinasi dengan berbagai pihak seperti Kementerian Pertanahan (Kementan) dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) guna efektivitas kebijakan pengendalian harga kebutuhan sehari-hari.

Ia pun menyoroti keberadaan Permendag Nomor 20 Tahun 2021 yang memperlemah koordinasi Kemendag dengan kementerian teknis lainnya. Oleh karena itu, ia menilai aturan tersebut perlu dikaji ulang guna sebagai perbaikan agar bisa menjadi landasan kuat saat berkoordinasi dengan kementerian atau lembaga terkait.

“Semua hal saling terkait. Jadi jangan jalan sendiri saja. Sebagai contoh, Misalnya soal penghapusan perlunya rekomendasi dari kementerian pertanian untuk izin impor bawang putih. Padahal kementan yang mengetahui pertanian bawang putih dan juga memiliki program perluasan dan peningkatan hasil pertanian bawang putih. Pencabutan rekomendasi itu jadi menegasikan kerja kementerian teknis,” tuturnya.

Pada kesempatan yang sama, Pimpinan DPR RI Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan (Korinbang) itu menjelaskan peningkatan harga kebutuhan sehari-hari yang diakibatkan semakin meningkatnya permintaan, bisa menjadi tanda perbaikan ekonomi di Indonesia. Walaupun begitu, baginya, tren kenaikan harga pada tahun ini mengindikasikan adanya masalah suplai.

Ia menerangkan kenaikan harga tidak bisa dilihat dari meningkatnya permintaan, akan tetapi juga perlu dipertimbangkan dari sisi suplai atau distribusi. “Jika kenaikan harga sekitar 10-15 persen tapi kenaikan di tahun ini berlangsung dalam waktu yang terlalu singkat. Kalau dilihat dari data, kenaikan harga komoditas pangan sudah jauh sekali dari HET dan sudah berlangsung cukup lama, sekitar 2 bulan bahkan lebih,” jelas Gobel.

Sehingga, ia ingin masalah suplai ini bisa terselesaikan, salah satunya dengan Kemendag turut fokus membangun koordinasi dengan kementerian teknis terkait untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. “Padahal intinya pada masalah koordinasi dan kemauan para pemangku kepentingan untuk bekerja lebih baik lagi,” pungkas legislator dapil Gorontalo itu.