Pembangunan Infrastruktur yang Masif Jadi Modal Utama Indonesia

Kiki Apriyansyah | Rabu, 01 November 2023 - 14:40 WIB


Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 telah ditetapkan anggaran infrastruktur sebesar Rp422,7 triliun yang diarahkan mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan. Pembangunan infrastruktur dalam pelaksanaannya harus  berkelanjutan dengan memperhatikan daya dukung sumber daya alam (SDA), kerentanan bencana, dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto Membuka Acara Opening Ceremony Konstruksi Indonesia 2023 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu 1/11/2023.

Jakarta - Pembangunan infrastruktur yang masif dan merata menjadi salah satu modal utama Indonesia untuk bisa keluar dari middle income trap sekaligus memberikan multiplier effect dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Industri konstruksi ke depannya juga diharapkan memiliki prospek yang baik, seiring dengan fundamental perekonomian nasional yang cukup tangguh.

Hal tersebut disampaikan Airlangga Hartarto dalam acara Opening Ceremony Konstruksi Indonesia 2023 di Jakarta, Rabu 1/11/2023.

Dia mengatakan lapangan usaha konstruksi pada triwulan kedua 2023 mampu tumbuh mencapai 5,23% (yoy) dan berkontribusi 9,43% bagi PDB serta menjadi salah satu penopang utama PDB di samping industri pengolahan, pertanian, perdagangan, dan pertambangan. 

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 telah ditetapkan anggaran infrastruktur sebesar Rp422,7 triliun yang diarahkan mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan. Pembangunan infrastruktur dalam pelaksanaannya harus  berkelanjutan dengan memperhatikan daya dukung sumber daya alam (SDA), kerentanan bencana, dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.

“Pembangunan infrastruktur berkelanjutan dapat diwujudkan tidak hanya dengan penerapan berbagai teknologi ramah lingkungan, namun juga dengan efisiensi penggunaan sumber daya, penciptaan inovasi, dan pelibatan masyarakat setempat dalam berbagai proses konstruksi. Kondisi tersebut menuntut adanya transformasi proses konstruksi tradisional menjadi proses modern dengan sentuhan teknologi digital pada setiap bagian proses konstruksi,” kata Arilangga

Apabila dibandingkan dengan sektor perbankan maupun sejumlah sektor lainnya, sektor konstruksi merupakan salah satu sektor yang belum banyak mengadopsi teknologi digital. Industri konstruksi dalam sepuluh tahun terakhir masih sangat bergantung pada model bisnis yang lama atau berusia puluhan tahun. “Sehingga, kita harus mulai mengadopsi dan membiasakan digitalisasi pada perencanaan, pengelolaan, dan pelaksanaan, serta pengambilan keputusan yang lebih berbasis data,” ujar Menko Airlangga.

Untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur berkelanjutan berbasis transformasi digital, terdapat beberapa prasyarat yang harus dipenuhi, di antaranya yakni pola pikir kolaboratif, visi dan misi kepemimpinan dalam bidang digital, kebijakan yang mudah diimplementasikan, serta sumber daya manusia (SDM) andal.

Indonesia sendiri memiliki jumlah SDM yang besar dan sedang masuk dalam periode bonus demografi. Kesempatan yang hanya datang sekali dalam peradaban sebuah bangsa ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin dengan menyiapkan generasi muda yang memiliki keahlian tinggi agar bisa memenuhi kebutuhan di sektor konstruksi yang berbasis digital dan berkelanjutan. “Indonesia terus membangun dengan menyiapkan standar tinggi,” tegas Menko Airlangga.

Mengangkat tema “Akselerasi Transformasi Digital Sektor Konstruksi untuk Mewujudkan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan”, event Konstruksi Indonesia 2023 yang sudah terselenggara sejak 2003 diharapkan bisa menghadirkan interkoneksi antara industri material, peralatan, dan teknologi konstruksi dengan sektor jasa konstruksi, yang secara keseluruhan akan menjadi pilar utama pembangunan infrastruktur berkelanjutan berbasis teknologi digital.

“Saya harapkan Konstruksi Indonesia 2023 dapat menjadi ajang pertemuan antara Pemerintah, pelaku bisnis dan industri jasa konstruksi, material dan peralatan konstruksi, akademisi, serta masyarakat sebagai pengguna akhir. Manfaatkan acara kali ini untuk saling berinteraksi dan bertukar gagasan guna menghasilkan konstruksi yang lebih efisien, inovatif, dan tahan terhadap bencana alam,” pungkas Menko Airlangga.