Jakarta - Presiden Prabowo Subianto mengumumkan kenaikan gaji guru berstatus aparatur sipil negara (ASN) dan non-ASN mulai 2025. Adapun guru ASN mendapat peningkatan kesejahteraan 1 kali gaji pokok, sedangkan guru non ASN mendapat kenaikan tunjangan profesi Rp 2 juta.
Terkait hal ini, Mantan Direktur Center for Policy and Development Studies (CPDS) Din Syamsuddin menyampaikan keputusan yang di buat Presiden patut disyukuri dan diapresiasi.
"Presiden Prabowo Subianto melakukan gebrakan signifikan. Keputusannya ttg kenaikan gaji guru dan buruh yg diumumkannya sendiri sungguh patut disyukuri dan diapresiasi. Masalah Indonesia selama ini adalah perlakuan terhadap guru dan buruh buruk dan tidak berkeadilan". Ujar Mantan Direktur CPDS Syamsuddin dalam keterangan tertulisnya.
Masalah Indonesia selama ini adalah perlakuan terhadap guru dan buruh buruk dan tidak berkeadilan. Presiden sebelumnya terkesan tidak peduli dan abai terhadap janji-janji politik sewaktu Pilpres.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini mengatakan, meski banyak yang meragukan, dirinya meyakini Prabowo Subianto akan melakukan gebrakan.
“Watak dasarnya berkomitmen pada kerakyatan. Seperti bapaknya, Sumitro Djojohadikusumo, Prabowo menganut ekonomi kerakyatan seperti pada Pasal 33 UUD 1945. Oleh karena itu, saya berkeyakinan Presiden Prabowo Subianto akan bersungguh-sungguh menerapkan janji-janjinya terutama utk mengatasi kemiskinan, memberantas korupsi, dan mengakkan kedaulatan rakyat,” ujarnya.
Menurut Din, tantangan internal besar yang dihadapi Presiden Prabowo saat ini adanya political liability (beban politik) dari sejumlah pembantu dekatnya, baik karena kapasitas, integritas, maupun keterdugaan korupsi.
Selain itu, pengaruh kaum oligarki dan kaum kleptokrat akan menjadi pengganggu serius pemerintahan Prabowo Subianto.
“Sebagai rakyat kita menunggu gebrakan-gebrakan Presiden selanjutnya. Jika beliau tegas mengatasi masalah dan tantangan tadi maka lima tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto akan menoreh catatan emas dalam sejarah kebangsaan Indonesia,” ujarnya.
Namun jika hal itu tidak terjadi, maka kecemasan banyak pihak bahwa ia akan hanya jadi boneka dan pelanjut perusakan sistematis Indonesia akan menjadi kenyataan, dan akan membuktikan ucapannyanya sendiri beberapa tahun lalu bahwa pada 2030 Indonesia akan menjadi negara gagal (failed state),’ tambah dia.
Din mengatakan dirinya siap bersama para kaum kritis dan tetap menyuarakan kebenaran kepada presiden baru, meskipun dirinya telah mengenal dekat dengan Presiden Prabowo.
“Sebagai sahabat lama Bapak Prabowo Subianto saya berpendirian: Sahabat yang baik adalah yang tidak segan mengatakan yang baik walau pahit,” ujar mantan Direktur Center for Policy and Development Studies (CPDS) ini.
Din mengatakan dirinya siap bersama para kaum kritis dan tetap menyuarakan kebenaran kepada presiden baru, meskipun dirinya telah mengenal dekat dengan Presiden Prabowo.
“Sebagai sahabat lama Bapak Prabowo Subianto saya berpendirian: Sahabat yang baik adalah yang tidak segan mengatakan yang baik walau pahit,” ujar mantan Direktur Center for Policy and Development Studies (CPDS) ini.