Jakarta - Kejadian keracunan makanan usai siswa memakan makanan dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sempat viral di beberapa daerah.
Merespon hal tersebut, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menjelaskan ada beberapa tahapan yang tidak dijalankan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) selaku mitra dari Program MBG.
Menghindari kejadian yang sama, kini Badan Gizi Nasional (BGN) mewajibkan empat standar kemitraan untuk menjaga kualitas makanan yakni, pemenuhan terkait kebutuhan kalori untuk setiap tahap kebutuhan, memenuhi komposisi gizi, yaitu 30 persen protein, 40 persen karbohidrat, dan 30 persen serat.
“Ketiga, higienis dan terakhir keamanan. Ini yang menjadi patokan kami," kata Dadan Hindayana di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (27/2).
Dadan menjelaskan, masalah keracunan dan makanan yang belum matang sering terjadi karena SPPG belum terbiasa memasak dalam jumlah besar.
"Karena untuk bisa memasak, yang biasa masak 1-10, untuk bisa masak 1.000-3.000, butuh waktu membiasakan sampai kematangannya cukup, sampai rasanya sama," ujarnya.
Dari berbagai uji coba yang dilakukan, SPPG yang baru dibuka biasanya menghadapi masalah kematangan makanan.
Dadan menegaskan bahwa BGN tidak memaklumi hal tersebut, namun pengalaman lebih dalam memasak untuk jumlah besar sangat diperlukan.
"Oleh sebab itu, kami evaluasi setiap hari, dan kami menyarankan untuk yang baru-baru, tidak mulai langsung banyak, tetapi harus mulai dari kecil. Jadi, kalau mereka menjadi mitra, kemudian ingin melakukan penyaluran makan bergizi, maka kami sarankan mulai dari 100-190," imbuh dia.
Jika SPPG sudah mampu memasak lebih dari 500 porsi, mereka akan diminta untuk meningkatkan jumlah masakan, sehingga makanan yang diproses bisa lebih sehat dan bergizi.
"Rata-rata yang muncul di berita terakhir ini adalah semua satuan pelayanan yang baru melaksanakan. Yang baru-baru, yang lama-lama sudah tidak. Kenapa? Karena sudah terbiasa. Jadi, memang untuk program yang besar seperti ini, selain pengetahuan, kebiasaan pun penting," tuturnya.
Dadan juga mengungkapkan, saat ini Program MBG telah terlaksana di seluruh provinsi se-Indonesia dan dinikmati oleh lebih dari 2 juta orang. Provinsi terakhir yang melaksanakan MBG adalah Papua Tengah, tepatnya di Kabupaten Ilaga.
"Alhamdulillah, sampai hari ini, itu sudah ada di 726 satuan pelayanan pemenuhan gizi yang tersebar di 38 provinsi. Provinsi terakhir yang minggu ini operasional adalah di Papua Tengah, di Kabupaten Ilaga, dan sudah melayani 2.021.000 orang di seluruh Indonesia," kata Dadan.
Menurutnya capaian Program MBG ini termasuk cepat, mengingat program tersebut baru dimulai pada 6 Januari 2025. "Ini kecepatannya luar biasa," kata Dadan.