Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi menyebtkan, kesejahteraan petani adalah kunci utama dalam mensukseskan swasembada pangan. Sehingga salah satu PR (pekerjaan rumah) pemerintah adalah kembali memperbaiki kebutuhan utama pertanian saat ini.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menerangkan, sukses atau tidaknya swasembada pangan itu tergantung dari para petani. Sehingga untuk meningkatkan potensi kesuksesan tersebut, para petani harus sejahtera terlebih dahulu.
“Jadi kesejahteraan petani itu ya urutannya dari situ swasembada pangan itu. Swasembada gula itu bisa terjadi kalau kita mensejahterakan petani, tolong dibuat quote besar ‘Swasembada itu bisa terjadi kalau kita mensejahterakan petani’,” seru Arief, saat menghadiri kegiatan seremonial pembukaan giling tebu di PG Krebet, Bululawang, Kamis (24/4/2025).
Arief menerangkan, untuk mendukung hal tersebut, pemerintah perlu saling bekerjasama memfasilitasi kebutuhan para petani. Seperti memperbaiki kualitas lahan, penyediaan pupuk, kualitas air dan membantu meningkatkan inovasi varietas bibit unggul.
“Supaya petani sejahtera itu berarti harus kita perbaiki mulai dari lahannya, lahannya dikembalikan unsur hara nya dan lain-lain. Kemudian berikutnya lagi kita bicara bibit, pupuk, air ini mesti satu paket, bibit itu juga harus bibit yang bagus. Masa bibit udah dari puluhan tahun lalu masih dipakai, (jadi perlu) varietas baru,” tuturnya.
Dirinya menjelaskan, beberapa hal tersebut sangatlah penting. Dengan pengoptimalan tersebut, nantinya hasil panen juga akan tambah membaik. Selain kualitas yang dihasilkan, hasil panen juga akan mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya.
“(Inovasi bibit baru) Supaya bisa tahan sama kondisi alam hari ini, supaya bisa produktivitasnya tinggi. Tadi Pak Dirut sampaikan di luar negeri itu bisa sampai 200, di sini itu 120-150 itu sudah hebat sekali,” ungkapnya.
Disinggung terkait kondisi impor gula di Indonesia saat ini, Arief mengaku, untuk saat ini telah dilakukan pengurangan aktivitas impor gula. Hal tersebut dikarenakan hasil produktivitas dalam negeri sudah semakin tinggi.
“Impor gula kita itu harusnya mulai mengurangi impor. Kenapa?, karena produksi-nya sudah mulai naik. Jadi kalau bicara neraca kalau kita udah bilang cukup, artinya itu cukup,” ungkapnya.
“Kalau pun ada tambahan, itu biasanya akan dipakai untuk cadangan pangan, misalnya seperti beras yang lalu. Kita mengimpor untuk cadangan pangan, tapi ada note-nya bahwa harga di petani tidak boleh jatuh. Ada harga acuan pembelian pemerintah yang itu kita sepakati bersama,” imbuh Arief.