Jakarta - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus mendorong peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) sebagai upaya mengubah pola makan masyarakat dari sekadar mengenyangkan perut menjadi benar-benar menyehatkan.
“Rumah Pangan B2SA bukan hanya ajang sosialisasi, melainkan aksi nyata yang langsung dirasakan masyarakat. Prinsipnya, makan itu tidak cukup sekadar kenyang, tapi harus sehat. Melalui konsep B2SA, kami ingin mendorong masyarakat meningkatkan kualitas gizi dan kesehatan,” kata Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA, Andriko Noto Susanto saat meninjau Rumah Pangan B2SA di Kelurahan Harapan Baru, Samarinda, Kalimantan Timur Senin (11/8/2025).
Ia menilai Kelurahan Harapan Baru menjadi bukti nyata harapan baru bagi warga, terutama melalui kiprah Kelompok PKK Anyelir yang aktif mendukung ketahanan pangan dan menggerakkan ekonomi lokal.
“Nama Harapan Baru ini membawa makna mendalam, harapan akan masa depan yang lebih sehat dan mandiri. Saya melihat PKK Anyelir memiliki potensi besar untuk tumbuh menjadi motor penggerak ekonomi lokal melalui pangan berbasis B2SA,” ujarnya.
Menurut Andriko, pemanfaatan bahan pangan lokal seperti singkong dan pisang yang mudah diperoleh dari pekarangan dapat memberi manfaat gizi sekaligus ekonomi. Produk olahan seperti keripik singkong dan pisang karya PKK Anyelir menjadi bukti bahwa diversifikasi pangan membuka peluang usaha bagi masyarakat.
“B2SA itu tidak mahal. Dengan memanfaatkan pangan yang ada di sekitar, kita bisa memenuhi unsur gizi sesuai standar, bukan sekadar mengenyangkan. Sekaligus ini menjadi peluang ekonomi yang nyata,” tegasnya.
Senada, Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal, menegaskan bahwa PKK Anyelir tidak hanya menjadi garda depan edukasi pola makan sehat, tetapi juga membuktikan konsep B2SA mampu menjadi pengungkit ekonomi lokal.
“Nah, ini bisa dilihat hari ini. Melalui tangan-tangan terampil para ibu PKK Anyelir, produk olahan menjadi peluang usaha yang membuka jalan menuju kemandirian finansial keluarga,” kata Rinna.
“Kami ingin menunjukkan bahwa dari dapur rumah tangga, ekonomi lokal bisa digerakkan. Kami tidak hanya mendorong masyarakat mengonsumsi pangan yang sehat, tetapi juga membangun harapan,” tambahnya.
Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, dalam keterangan terpisah menegaskan bahwa Rumah Pangan B2SA adalah wujud kolaborasi nyata antara pemerintah dan masyarakat. Diversifikasi konsumsi pangan melalui pola B2SA diyakini dapat memperkuat ketahanan pangan sekaligus menumbuhkan ekonomi lokal berbasis sumber daya daerah.
“Menurut saya inovasi dalam pemanfaatan bahan pangan lokal seperti singkong dan pisang itu selain mampu mendongkrak nilai diversifikasi pangan, juga memberi kesempatan bagi masyarakat, terutama kelompok PKK di desa, untuk mengembangkan usaha bernilai tambah,” ujar Arief.
“Pemanfaatan bahan lokal adalah kunci menuju kemandirian pangan dan ekonomi,” tegasnya.
Dengan memadukan konsep B2SA, pemberdayaan perempuan, dan optimalisasi sumber daya lokal, PKK Anyelir layak menjadi model inspiratif bagi komunitas di seluruh Indonesia. Rumah Pangan B2SA kini terus bergerak sebagai gerakan nyata yang membangun Indonesia lebih sehat dan mandiri, dimulai dari rumah dan komunitas terdekat.
Sebagai informasi, pada tahun 2025, program Rumah Pangan B2SA tersebar di 47 titik lokasi atau desa yang tersebar di 13 provinsi. Penyebaran ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga melalui edukasi dan pemanfaatan sumber daya lokal yang lebih optimal.