Indonesia–Singapura Perkuat Kerja Sama Pangan Berkelanjutan, Bapanas Dorong Inovasi Sistem Ketahanan Pangan Global

Redaksi | Jumat, 10 Oktober 2025 - 16:20 WIB


Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menekankan pentingnya memperkuat kolaborasi lintas negara dalam mewujudkan sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. Dok: Istimewa.

Jakarta - Upaya memperkuat kolaborasi antarnegara menjadi fokus utama dalam membangun ketahanan pangan yang tangguh di tengah dinamika global. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa kerja sama strategis antara Indonesia dan Singapura dapat menjadi model pengelolaan pangan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.

Pernyataan tersebut disampaikan Arief saat menjadi pembicara utama dalam Leaders in Urban Governance Programme (LUGP) yang digelar oleh Centre for Liveable Cities (CLC) Singapore di Kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Jakarta, Selasa (7/10/2025).

Forum ini dihadiri oleh delegasi Singapore Food Agency (SFA) yang dipimpin CEO Damian Chan, serta perwakilan sejumlah lembaga dan pelaku industri pangan. Pertemuan ini menjadi ruang penting bagi Indonesia dan Singapura untuk saling bertukar pandangan dan praktik terbaik dalam tata kelola pangan, logistik, dan sistem distribusi yang efisien.

Arief menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia terus berkomitmen menjaga ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi masyarakat. Berdasarkan mandat Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2021, Bapanas bertanggung jawab terhadap stabilitas pasokan dan harga 13 komoditas pangan utama.

“Ketahanan pangan bukan hanya persoalan ekonomi, tetapi juga tanggung jawab moral dan konstitusional untuk memastikan seluruh rakyat dapat mengakses pangan yang layak,” tegasnya.

Ia juga menekankan bahwa arah kebijakan nasional yang digariskan dalam Asta Cita Presiden Prabowo Subianto memberikan pedoman bagi Bapanas untuk membangun kemandirian pangan, energi, dan air.

Dalam konteks ini, kolaborasi dengan lembaga pangan negara lain seperti Singapore Food Agency menjadi langkah strategis untuk memperkuat rantai pasok regional dan pertukaran inovasi di bidang teknologi pangan.

Beberapa capaian penting turut dipaparkan, di antaranya cadangan beras pemerintah yang telah mencapai 3,8 juta ton pada tahun 2025, serta penyaluran lebih dari 422 ribu ton beras melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).

Program Gerakan Pangan Murah (GPM) juga telah dilaksanakan lebih dari 9.400 kali di seluruh daerah, dengan penyaluran bantuan pangan untuk 18,2 juta keluarga penerima manfaat setiap bulannya.

Selain menjaga pasokan, Bapanas juga memperkuat kesadaran publik melalui gerakan Stop Food Waste dan Safe Food Movement untuk menekan pemborosan pangan. Edukasi mengenai pola konsumsi Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) terus digalakkan untuk menciptakan masyarakat yang sadar gizi dan bertanggung jawab terhadap pangan.

Menurut Arief, Singapura merupakan contoh negara yang berhasil membangun sistem pengelolaan pangan berbasis efisiensi dan inovasi. “Kami ingin menjajaki peluang kerja sama lebih luas dengan Singapore Food Agency, khususnya dalam pengelolaan pangan berkelanjutan, sistem rantai dingin, dan mitigasi kehilangan pangan,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa ketahanan pangan adalah hasil dari kerja bersama, bukan kerja satu institusi. “Kita perlu sinergi pentahelix antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media untuk menciptakan sistem pangan nasional yang tangguh dan berkeadilan,” tutup Arief.