NFA Gaungkan Gerakan Gemar Makan Telur, Perkuat Gizi dan Sejahterakan Peternak

Redaksi | Jumat, 10 Oktober 2025 - 16:02 WIB


Dari Kabupaten Ponorogo, salah satu sentra penghasil telur nasional, Badan Pangan Nasional (NFA) menggugah kesadaran masyarakat untuk gemar makan telur sebagai langkah sederhana membangun ketahanan pangan dan gizi keluarga.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. Dok: Istimewa.

Jakarta - Badan Pangan Nasional (NFA) terus menggaungkan pentingnya konsumsi telur sebagai salah satu langkah strategis memperkuat ketahanan pangan dan memperbaiki gizi masyarakat. Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, menilai telur merupakan pangan sederhana yang memiliki nilai gizi tinggi dan mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.

Hal itu disampaikan Arief saat menghadiri Peringatan Hari Telur Sedunia 2025 yang digelar oleh Pusat Koperasi Gugus Ternak Jawa Timur di Kabupaten Ponorogo, Kamis (9/10/2025). Dalam kesempatan tersebut, ia mengajak seluruh masyarakat menjadikan telur sebagai bagian penting dari pola makan harian.

“Gerakan gemar makan telur tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan dan pencegahan stunting, tetapi juga membantu meningkatkan kesejahteraan peternak. Dengan makan telur setiap hari, kita ikut menjaga roda ekonomi peternakan tetap berputar,” ujar Arief.

Menurutnya, kandungan gizi dalam telur — seperti protein, vitamin A, B, D, kolina, dan taurin — berperan penting dalam pertumbuhan anak dan peningkatan kecerdasan. Karena itu, NFA bersama pemerintah daerah dan pelaku usaha perunggasan terus berupaya memperluas akses pangan bergizi bagi masyarakat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, Jawa Timur masih menjadi provinsi penghasil telur terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 2 juta ton pada tahun 2024, di mana Ponorogo menjadi salah satu sentra utama. Kondisi ini menjadikan Jawa Timur berperan penting dalam menjaga pasokan protein hewani nasional.

Dalam upaya memperkuat ekosistem pangan, NFA juga menjalankan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) jagung untuk membantu peternak mikro dan kecil memperoleh bahan pakan dengan harga wajar. Program ini menargetkan penyaluran 52,4 ribu ton jagung dengan harga maksimal Rp 5.500 per kilogram.

“Langkah ini bagian dari upaya menyeimbangkan harga di tingkat peternak dan konsumen. Presiden Prabowo juga memberikan perhatian besar pada hilirisasi pangan agar hasil produksi seperti telur dapat dikelola hingga ke tingkat rumah tangga,” jelas Arief.

Sementara itu, Wakil Bupati Ponorogo Lisdyarita menyatakan dukungan penuh terhadap gerakan tersebut. Pemkab Ponorogo tengah menyiapkan program pemberdayaan masyarakat melalui budidaya ayam petelur agar setiap rumah tangga mampu memproduksi telur secara mandiri.

“Kami ingin Ponorogo tidak hanya dikenal sebagai daerah penghasil telur, tetapi juga sebagai contoh kemandirian pangan masyarakat. Edukasi gizi dan pola makan sehat menjadi fokus kami,” kata Lisdyarita.

Arief menutup kegiatan dengan mengajak seluruh elemen bangsa untuk terus memperkuat kolaborasi dalam menjaga ketahanan pangan nasional.

“Telur bukan sekadar lauk pauk, tapi simbol sinergi antara petani, peternak, koperasi, dan pemerintah untuk menciptakan bangsa yang sehat dan mandiri pangan,” pungkasnya.