BNPB Catat 24 Kejadian Bencana dalam Dua Hari, Banjir dan Longsor Jadi Ancaman Utama

Redaksi | Minggu, 14 September 2025 - 20:10 WIB


Sejak awal September 2025, bencana hidrometeorologi terus melanda sejumlah daerah di Indonesia. BNPB mencatat sedikitnya 24 kejadian bencana dalam dua hari terakhir, dengan korban jiwa, kerusakan rumah, hingga ratusan warga mengungsi.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Kepala BNPB, Letjen TNI Dr. Suharyanto. Dok: Istimewa.

Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merangkum sebanyak 24 kejadian bencana terjadi di Indonesia dalam periode 13-14 September 2025. Dari jumlah tersebut, delapan di antaranya memiliki dampak signifikan, didominasi oleh banjir dan tanah longsor.

Kejadian banjir pertama tercatat di Provinsi DKI Jakarta akibat hujan deras sejak Jumat (12/9). Luapan Kali Pesanggrahan, Kali Krukut, dan Kali Grogol merendam sejumlah wilayah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, meliputi Kecamatan Cilandak, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Pesanggrahan, serta Kramat Jati.

“Sebanyak 1.832 jiwa terdampak, 215 di antaranya sempat mengungsi. Total ada 688 unit rumah terendam. Saat ini banjir sudah surut dan seluruh pengungsi kembali ke rumah,” tulis keterangan BNPB.

Di Kota Semarang, Jawa Tengah, longsoran pondasi bangunan pabrik es pada Rabu (10/9) pukul 10.00 WIB menyebabkan empat rumah rusak, satu rusak berat dan tiga lainnya rusak ringan. Sebanyak 25 warga mengungsi, meski tidak ada korban jiwa. Penanganan darurat masih dilakukan BPBD Kota Semarang bersama instansi terkait.

BNPB juga memperbarui data banjir di Provinsi Bali. Hingga Minggu (14/9) pukul 07.00 WIB, tercatat 17 orang meninggal dunia dan 5 lainnya hilang.

Proses pencarian masih dilakukan oleh Basarnas bersama organisasi perangkat daerah terkait. Presiden RI Prabowo Subianto telah meninjau langsung lokasi terdampak dan proses penanganan darurat.

Sementara itu, di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, banjir bandang pada Senin (8/9) masih menyisakan tiga orang hilang. Korban meninggal dunia sebanyak 5 jiwa, sementara korban luka-luka tercatat 3 orang. Sebanyak 93 rumah warga hanyut, dengan Desa Sawu menjadi wilayah terdampak terparah karena kehilangan 53 rumah.

Kendala utama penanganan di Nagekeo adalah akses jalan dan komunikasi. Hingga kini, dua ruas jalan telah diperbaiki pascabanjir, namun masih ada tiga titik yang menunggu perbaikan. Bupati Nagekeo telah menetapkan Status Tanggap Darurat bencana cuaca ekstrem sejak 9 hingga 30 September 2025.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan datang lebih awal dibanding kondisi normal. Pada periode 8–10 September, curah hujan di sejumlah wilayah sudah mencapai kategori lebat hingga ekstrem.

BNPB mengimbau pemerintah daerah untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi basah yang dapat terjadi sewaktu-waktu.