Arief Prasetyo Adi: Ritel Modern Harus Patuhi HET dan Isi Stok Beras Premium

Redaksi | Selasa, 16 September 2025 - 08:44 WIB


Concern pemerintah adalah harga beras khusus. Biaya produksinya jangan terlalu tinggi. Kita bedah bersama cost structure-nya supaya harga di produsen maupun ritel tetap wajar.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi. Dok: Istimewa.

Jakarta - Badan Pangan Nasional (NFA) bersama pelaku usaha produsen beras dan ritel modern sepakat melakukan evaluasi terhadap peredaran beras khusus yang harganya dinilai terlalu tinggi di pasar ritel modern. Pemerintah mendorong agar harga tetap wajar dan masyarakat tetap dapat mengakses beras dengan harga terjangkau.

Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menegaskan perlunya pembahasan struktur biaya produksi beras khusus agar tidak membebani konsumen. Ia meminta ritel modern segera menambah pasokan beras premium serta beras SPHP yang dijual sesuai HET.

“Concern pemerintah adalah harga beras khusus. Biaya produksinya jangan terlalu tinggi. Kita bedah bersama cost structure-nya supaya harga di produsen maupun ritel tetap wajar. Untuk ritel, saya minta beras khusus itu dijual dengan konsep everyday low price,” kata Arief di Kantor NFA, Jakarta, Jumat (12/9).

Arief menargetkan distribusi beras SPHP mencapai 800 ribu ton hingga akhir tahun. Ia menekankan ritel modern berperan penting karena disiplin menjual beras sesuai HET. Hingga 12 September, realisasi penjualan beras SPHP tercatat 356,6 ribu ton atau 23,78 persen dari target tahunan 1,5 juta ton.

Penyaluran beras SPHP terbukti membantu menekan harga beras medium. Data Panel Harga Pangan NFA menunjukkan rata-rata harga beras medium per 12 September menurun dibandingkan pekan sebelumnya. Penurunan terjadi di berbagai zona, bahkan jumlah daerah dengan harga di bawah HET bertambah signifikan menjadi 258 kabupaten/kota dari sebelumnya 167.

Selain beras SPHP, Arief juga menyoroti peredaran beras khusus seperti beras fortifikasi dan biofortifikasi. Produsen diminta menonjolkan keunggulan produk, mulai dari kandungan nutrisi hingga sifat rendah glikemik, serta memastikan uji laboratorium sebelum dipasarkan.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa menambahkan, pemerintah menargetkan pasokan beras premium di ritel dapat kembali normal 60–70 persen. Ia juga membuka opsi pengaturan harga untuk beras premium maupun khusus.

Rapat koordinasi ini turut dihadiri perwakilan Kementerian Perdagangan, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), serta pelaku usaha produsen beras dan jaringan ritel modern.