Jelang May Day, Dasco Ajak Buruh, Pemerintah, dan DPR Bersatu Hadapi Tantangan Ekonomi

Kiki Apriyansyah | Rabu, 30 April 2025 - 15:09 WIB


DPR memiliki tugas strategis sebagai jembatan aspirasi. Hari ini kita hadir untuk memastikan agar suara pekerja tersampaikan dengan utuh kepada pemerintah.
Pemain Garuda Select, David Maulana Foto : Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad melakukan foto bersama dengan jajaran Federasi Serikat Pekerja dan Serikat Buruh, Mensesneg dan Sekretaris Kabinet dalam acara silaturahmi jelang May Day di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 30/4/2025.

Jakarta - Dalam momen menjelang peringatan Hari Buruh Internasional (Mayday), Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad menggelar silaturahmi bersama jajaran federasi serikat pekerja dan serikat buruh di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 30/4/2025. Pertemuan tersebut menjadi ruang dialog strategis antara wakil rakyat, pemerintah, dan para pemimpin buruh nasional.

Acara tersebut turut dihadiri oleh Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, serta tokoh-tokoh buruh terkemuka seperti Presiden KSPI sekaligus Ketua Umum Partai Buruh Said Iqbal, Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea, Ketua KSPSI Jumhur Hidayat, dan Presiden KSBSI Elly Rosita Silaban.

Dalam sambutannya, Dasco menekankan pentingnya kebersamaan lintas elemen dalam menghadapi tekanan ekonomi yang kian kompleks, baik dari dalam negeri maupun global.

“DPR memiliki tugas strategis sebagai jembatan aspirasi. Hari ini kita hadir untuk memastikan agar suara pekerja tersampaikan dengan utuh kepada pemerintah,” ujar Dasco.

Dasco juga mengungkapkan bahwa isu upah pekerja menjadi salah satu topik penting yang pernah didiskusikannya bersama pimpinan konfederasi buruh dan Presiden Prabowo Subianto. Ia mengenang momen ketika Menteri Ketenagakerjaan sempat menyampaikan aspirasi buruh mengenai kenaikan upah dengan penuh kehati-hatian.

“Saya ingat waktu itu Menteri Tenaga Kerja dengan agak ragu menyampaikan bahwa teman-teman buruh mengusulkan kenaikan sekian persen. Lalu APINDO menyampaikan pandangannya. Tapi justru Presiden merespons positif. Beliau bilang, ‘Upah buruh kita harus dinaikkan agar daya beli meningkat’,” tutur Dasco.

Lebih lanjut, Dasco menyebut bahwa Presiden bahkan pernah mengusulkan angka kenaikan upah hingga 10 persen.

“Presiden itu menghitung-hitung, lalu bilang, ‘Kalau bisa jangan cuma 6,5 persen, coba dinaikkan 10 persen, bagaimana?’ Ya, waktu itu Menteri Keuangan langsung pusing,” kata Dasco sambil tersenyum.

Namun menurut Dasco, pemikiran tersebut sangat masuk akal karena daya beli yang meningkat otomatis akan menggerakkan roda perekonomian nasional.

“Apa yang disampaikan Presiden itu benar. Dengan kenaikan upah, konsumsi rumah tangga naik, ekonomi bergerak. Ini bukan sekadar tuntutan buruh, tapi kebutuhan ekonomi nasional,” tegasnya.

Dasco juga mengungkapkan bahwa beberapa pengusaha yang diajak berdialog justru mulai memahami urgensi dari kenaikan upah tersebut. Menurutnya, kalkulasi ekonomi saat ini memungkinkan upah naik tanpa menimbulkan kerugian signifikan bagi dunia usaha.

“Sekarang kalau dinaikkan, tidak ada masalah sebenarnya. Hitungannya masuk kok,” jelasnya.

Ia berharap ke depan kebijakan kenaikan upah bisa dilakukan secara bertahap, menuju target 10 persen seperti yang pernah disampaikan Presiden.

Menutup pertemuan, Dasco menyerukan pentingnya persatuan antara buruh, pemerintah, dan DPR dalam menjaga stabilitas dan masa depan ekonomi Indonesia.

“Apapun yang mengancam kelangsungan hidup negara, kita harus hadapi bersama. Buruh, pemerintah, DPR harus bersatu. Supaya Indonesia tetap menjadi negara yang terang jalannya,” pungkasnya.

Dasco juga menyampaikan ucapan selamat memperingati Hari Buruh Internasional kepada seluruh pekerja Indonesia. Ia berharap semangat solidaritas dan dialog terus menjadi fondasi utama dalam perjuangan buruh ke depan.

Baca Juga